Resensi Buku Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi

Resensi Buku Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi

Oleh Ishak ForSEBI UIN Suka

Judul Buku             : Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi

Penulis                     : Yesaya Sandang

Penerbit                   : Kanisius

Kota Terbit             : Yogyakarta

Tahun Terbit          : 2013

Tebal Buku             : 104 halaman

Isi Resensi

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang mampu berpikir. Dalam pemikirannya terdapat akumulasi dari banyak hal, seperti tradisi, pola adat istiadat, ajaran, pengalaman, olahan indra, imajinasi, dan masih banyak lagi. Akan tetapi pasti masih ada hal-hal yang belum selesai yang membuat manusia dibuat penasaran dan mencari tahu akan jawaban rasa penasaran mereka tersebut. Tanpa disadari, aktivitas mencari kebenaran ini sudah dikategorikan berfilsafat. Lebih lanjut, berfilsafat amat terbuka untuk semua area dalam kehidupan manusia sejauh hal tersebut dapat dipikirkan. Oleh karena itu, seorang yang berfilsafat bukanlah seseorang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan orang yang terus berupaya untuk terus menerus mencari kebijaksanaan tersebut.

Terdapat beberapa kata kunci penting yang perlu diperhatikan agar berfilsafat dapat dilakukan secara lebih memadai dalam mengasilkan pengetahuan, makna, serta hubungan logisnya. Pertama reflektif, yaitu merenungkan kembali objek permasalahan. Kedua kritis, yaitu menguji shahih tidaknya klaim-klaim pengetahuan tanpa prasangka yang dilakukan memalui rasio. Ketiga logis, yaitu penarikan kesimpulan terhadap kenyataan-kenyataan yang ada. Cabang-cabang filsafat terbagi kedalam epistemologi, logika, kritik ilmu-ilmu, ontologi, teologi metafisik, antropologi, kosmologi, etika, estetika dan sejarah filsafat.

Berfilsafat akan membuat pengetahuan manusia menjadi lebih berkembang. Karena dalam berfilsafat kita dituntut untuk untuk berpikir secara terarah dan sistematik. Menurut Aristoteles, suatu filsafat pertama (metafisik) harus didasari pada suatu prinsip pertama dimana prinsip (hukum) utamanya adalah nonkontradiksi.

Dalam berfilsafat pasti ada yang berbeda pendapat, dalam situasi–situasi yang seolah bertentangan inilah kita menyebutnya sebagai paradoks. Paradoks dibatasi sebagai salah satu yang terlihat kontradiktif, namun keduanya saling mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Paradoks berbeda dengan dilema dan ironi. Dilema adalah suatu keadaan di mana pilihannya ini atau itu. Sedangkan, ironi hadir ketika suatu akibat dari suatu pilihan yang ada justru bertentangan atau bahkan tidak terduga. Di sisi lain, hakikat manusia menyimpan paradoksnya sendiri. Berpikir secara paradoks merupakan salah satu mindset dalam berpikir atau sistem pikir yang mencoba melengkapi kontradiksi. Jika logika Aristotelian mencoba untuk mengklaim kejelasan dan keluasan pengetahuan, maka logika padoksal menawarkan kejelasan dan kedalaman pemahaman.

Dewasa ini penggunaan teknologi bukan hal yang asing lagi dikalangan manusia. Bila dikaitkan dengan filsafat tentunya sangat berpengaruh. Teknologi dapat berkembang karena orang-orang selalu belum puas akan penemuan-penemuan yang nyatanya masih bisa dikembangkan. Teknologi berperan membantu keberlangsungan hidup manusia.  Dengan demikian, kita dituntut untuk tidak menutup mata akan teknologi, agar tidak menjadi orang yang tertinggal. Harus berani berinovasi dan mengkritisi suatu objek tertentu. Hal ini juga berarti, selain berinovasi, kita juga harus tahu dampak yang akan muncul sesudahnya.

Kelebihan:

  1. Judul dan covernya menarik
  2. Terdapat gambar di dalam buku ini, yang membuat kesan menarik bagi para pembaca.
  3. Penggunaan bahasa dan pemilihan kata-kata dalam buku berjudul “Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi” ini mudah dipahami dan tidak menggunakan bahasa sastra yang menyulitkan pemahaman dalam membaca serta sasaran informasinya jelas.

Penutup :

Dalam buku ini, penulis menyampaikan rasa penasaran kita terhadap sesuatu yang akan mendorong kita untuk berfilsafat, yaitu mencari tahu jawaban atas rasa penasaran kita tersebut. Penulis menyampaikan bahwa dengan berfilsafat, pengetahuan manusia akan semakin berkembang dan teknologi dapat berkembang karena filsafat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *