Thufeil Muhammad Tyansah
Bapernas Bidang Keilmuan FoSSEI 2019/2020
“Buku adalah jendela dunia” kalimat tersebut tidak asing lagi bukan? kalimat tersebut sering kali di ucapkan kepada kita saat kecil agar kita giat membaca buku. Dengan buku kita dapat mengetahui dunia yang tidak kita tahu sebelumnya. Bisa mengenal kisah di belahan dunia sana tanpa harus berkunjung. Buku merupakan sumber berbagai informasi yang dapat membuka wawasan kita tentang berbagai macam ilmu. Sampai-sampai Mohammad Hatta pernah bekata “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Lebih lagi membaca buku merupakan jalan untuk membuka jendela dunia tersebut.1 Dikarena dengan membaca buku dapat membantu menyegarkan pikiran, memunculkan banyak inspirasi, meningkatkan kualitas memori, bahkan beberapa penelitian telah menunjukan bahwa dengan membaca buku selama beberapa menit dapat membantu menekan perkembangan hormon stress sehingga hal tersebut membantu menurunkan tingkat stress hingga 67 persen. Dalam penelitian lain, membaca buku dapat merangsang mental dan mencegah Alzheimer. Yang nantinya hal-hal di atas akan membantu mengubah masa depan kita.
Sayang seribu sayang, berbagai manfaat dari buku belum dapat dimaksimalkan oleh bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa fakta menarik, dari hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menyebutkan bahwa tingkat literasi indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei. Riset lain yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dirilis pada maret 2016 lalu menyatakan bahwa minta baca Indonesia berada di urutan 2 terbawah yaitu peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, tepat berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, jika dilihat dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, ranking Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Fakta lain yang tak kalah mencengangkan adalah survey UNESCO yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Yang artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.2
Tanggal 23 April meruapakan perayaan “World Book day”. Hari buku Sedunia, yang dikenal juga dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia & Hari Buku Internasional ini merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April yang diadakan oleh UNESCO yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada buku-buku dan para penulis serta mempromosikan budaya membaca, penerbitan, dan hak cipta. Tanggal 23 April dipilih sebagai penghormatan kepada para sastrawan besar dunia yang meninggal di tanggal tersebut dan uniknya ditanggal itu pula merupakan tanggal kelahiran para penulis besar dunia.3
Pada hari buku kali ini penulis mengajak kita semua, teman teman generasi muda Indonesia untuk merefleksikan diri akan seberapa pentingnya buku bagi kemajuan suatu bangsa. Milan Kundera seorang sastrawan besar pernah berkata bahwa “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya. Maka pastilah bangsa itu akan musnah”. Melirik sejarah terdahulu, hal ini dibuktikan pada masa peradaban islam tepatnya 1258M/656H di Baghdad, kala itu peradaban Islam sedikit demi sedikit dihancurkan oleh bangsa Mongol dengan melakukan pembantaian, tak hanya itu, pemusnahan buku-buku sumber ilmu pengetahuan dengan cara dihanyutkan kedalam Sungai Tigris.4
Dengan hal itu ilmu serta gagasan umat Islam yang dibangun ribuan tahun oleh para alim ulama leyap begitu saja. Kembali lagi melirik sejarah bagaimana para ulama dalam bersikap terhadap buku. Yang menjadikan saat itu islam menjadi pusat peradaban keilmuan di dunia. Seperti Ibnu Jauzi yang tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah beliau lihat, maka seolah mendapatkan harta karun. Beliau juga telah membaca 200,000 jilid buku, Hassan al-Lu’lu yang tidak pernah tidur selama 40 tahun kecuali buku tergeletak di atas dada beliau, Ibnu Jahm yang menghilangkan rasa mengantuk dengan membaca buku, Al-Imam an Nawawy setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda, Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah (Majduddin Ibn Taimiyyah) yang jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rata-rata menghabiskan waktu selama 12 jam sehari untuk membaca buku-buku hadits di perpustakaan.5
Berangkat dari kebiasaan “gila buku” tersebut lah para ulama terhadulu berhasil membuat karya-karya keilmuan terbaik. Seperti hal halnya kontribusi dalam bidang ekonomi abu yusuf berhasil menulis kita Al-kharaj yang banyak membahas mengenai perpajakan, Hasan As-Syaibani menulis kita Al-kasb yang membahas mengenai konsp bekerja, Abu Ubaid dengan karyanya Al-Amwal yang banyak membahas mengenai keuangan publik. Yahya bin umar yang dengan kitabnya Al Ahkam As-Suq mengenai pasar, Ibnu Khaldun dengan karyanya Al-Muqodimah yang didalamnya terdapat banyak sekali pemikiran mengenai ilmu ekonomi, dan Al- Maqrizi degan kitabnya Ighatsah Al Ummah bi Kasyf Al Ghummah yang membahas mengenai konsep uang dan kaitanya dengan inlasi. Sudah sepatutnya kita memperingati hari buku dengan bertanya kepada diri sudah berapa banyak buku yang kita baca? Bulan ini sudahkah kita membaca buku? Dan dengan menumbuhkan semangat membaca yang dimulai dari siri sediri. Imam Ibnu Jauzi pernah berpesan “Semangat ulama terdahulu sangat tinggi, buktinya adalah karya-karya tulis mereka yang merupakan hasil jerih payah mereka dalam jangka waktu yang lama. Namun demikian, banyak karya mereka itu lenyap karena lemahnya semangat generasi berikutnya. Mereka hanya mempelajari kitab-kitab ringkas dan malas terhadap kitab-kitab tebal. Kemudian, mereka hanya membatasi pada sebagian kitab-kitab tebal dan belum sempat disalin.” (Imam Ibnul Jauzi, Said Al-Khathir hal. 556-557)”.
Oleh karenanya,mari kita sebagai generasi muslim, generasi bangsa, generasi ummat kobarkan semangat untuk membaca buku, kobarkan semangat layaknya semangat tinggi para ulama tedahulu agar senantiasa tak lekang oleh zaman. Selamat Hari Buku Sedunia!.
Referensi :
- Selengkapnya di https://perpustakaansekolah.net/berita/16-buku-adalah-jendeladunia.html diakses pada 19 April 2020
- Selengkapnya di https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media diakses pada 19 April 2020
- Selengkapnya di https://kumparan.com/kumparannews/mengapa-23-april-diperingatisebagai-hari-buku-sedunia diakses pada 19 April 2020.
- Selengkapnya di https://wahdah.or.id/ilmu-lenyap-dibawa-arus-sungai-tigris/ diakses pada 20 April 2020
- Selengkapnya di https://salafy.or.id/blog/2012/04/20/kisah-kisah-teladan-menakjubkan-tentang-semangat-menuntut-ilmu/ diakses pada 20 April 2020