Digitalisasi Perbankan: Trick or Treat?

Digitalisasi Perbankan: Trick or Treat?

Mochammad Ardani (Finalis 25 artikel terbaik CIMB Niaga Syariah ft FoSSEI

Semakin tahun, kemajuan teknologi terus menghasilkan terobosan-terobosan yang memukau. Terlebih lagi di era revolusi industri yang sudah memasuki tahap ke empat, dimana semua aspek kehidupan dikembangkan dalam model teknologi informasi dan komunikasi. Tenaga manusia semakin tidak dibutuhkan dikarenakan semuanya sudah online. Adanya Revolusi Industri 4.0 ini menyebabkan segala pekerjaan lebih efisien, dapat menjangkau siapa saja,kapan saja, dan dimana saja. Seperti yangdiungkapkan oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, bahwa pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Aspek yang ikut terkena dampak dari perkembangan zaman tentu saja layanan keuangan melalui sektor perbankan. Perbankan di zaman sekarang melalui evolusi yang bertahap, diawali dengan adanya ATM, SMS Banking, Internet Banking, hingga kini muncul berbagai macam platform yang dapat dimanfaatkan hanya dengan segenggam smartphone di tangan, yaitu melalui Mobile Banking. Tentunya, perkembangan teknologi yang ada hingga saat ini harus dapat dimanfaatkan dan dihadapi dengan baik beserta kesiapanyang matang oleh setiap stakeholders terkait. Tak terkecuali oleh perbankan syariah.

Perbankan syariah di Indonesia bisa dikatakan baru tumbuh, berawal dari munculnya bank syariah pertama di tahun 1992. Jika diibaratkan dengan manusia, maka usianya masih tergolong dewasa. Meskipun begitu, perkembangan perbankan syariah di Indonesia terbilang sangat cepat, walaupun masih jauh tertinggal dari perbankan konvensional.

Istilah “Trick or Treat” pantas dilabelkan pada keterkaitan perbankan syariah dengan teknologi. Istilah ini digunakan umumnya ketika Halloween tiba di seluruh penjuru dunia, yang diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat. Istilah ini dipakai ketika sekumpulan anak-anak menghampiri rumah ke rumah di malam Halloween untuk memberikan pilihan kepada pemilik rumah, yaitu akan dijahili (trick) atau diperlakukan dengan baik (treat) dengan memberikan coklat maupun hadiah kepada mereka. Hal inilah yang penulis anggap relevan terhadap apa yang terjadi antara perbankan syariah dengan teknologi di zaman sekarang ini.

Perbankan syariah memiliki dua pilihan, yaitu mengelola teknologi dengan baik – mengambil keuntungan dan manfaatnya semaksimal mungkin untuk memajukan sektor ini – atau pilihan lainnya adalah tergerus dan tergilas hingga sektor perbankan syariah harus kembali padam dari dunia perekonomian. Hal ini dikarenakan digitalisasi dapat memberikan efek positif dan juga negatif. Bisa berupa peluang dan juga ancaman. Tergantung bagaimana perbankan syariah menghadapinya.

Sudah dapat dilihat sekarang, masyarakat lebih suka kepraktisan dalam bertransaksi. Kegiatan pembayaran sudah dilakukan melalui layanan “dompet online” yang hanya tinggal menekan tombol. Bahkan, penyimpanan uang, pembayaran transaksi – termasuk membayar zakat, infaq, dan bershodaqoh – pun sudah bisa melalui platform yang dikembangkan oleh perusahaan financial technology yang sifatnya nonperbankan. Masyarakat sudah tidak memerlukan datang ke bank, menemui teller, dan bertatap muka lagi, karena semua sudah dapat dilakukan dalam kejapan mata sekaligus. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi boomerang dan men-trick perbankan syariah jika tidak dapat dimanfaatkan.

Meskipun begitu, pesimis dan berserah diri bukanlah jalan satu-satunya yang harus ditempuh. Potensi perbankan syariah di Indonesia masih sangat luar biasa. Ditambah dengan pasar yang mempesona, yaitu masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Perbankan syariah memiliki peluang yang sangat besar jika ingin mendongkrak perkembangannya melalui digitalisasi perbankan. Bisa dibilang inilah satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar perbankan syariah mampu bertahan ditengah derasnya era disrupsi teknologi, yaitu dengan men-treat teknologi.

Jika di telaah secara praktikal, sudah ada beberapa perbankan syariah yang memanfaatkan adanya digitalisas. Namun, yang spesifik menjurus kepada penggunaan digitalisasi untuk transaksi layanan keuangan syariah adalah aplikasi  e-Salam yang bekerjasama dengan Bank CIMB Niaga Syariah sebagai layanan payment gateway. Platform ini dapat diunduh menggunakan smartphone masingmasing individu dengan segala keunggulan yang dimilikinya. Bahkan, pembayaran zakat, infak, sodaqoh, hingga Wakaf pun bisa dengan mudah dan praktis dilakukan.

Hal tersebut menunjukan keseriusan perbankan syariah dalam memanfaatkan layanan keuangan syariah yang dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi. Harapannya, semua perbankan syariah dapat menggunakan teknologi yang ada di era sekarang ini untuk lebih menggiatkan dan mendakwahkan keuangan syariah di level yang paling tertinggi, karena adanya syariah Islam adalah rahmat bagi seluruh semesta alam. Dengan izin Allah, melalui usaha yang dilakukan disertai doa yang dipanjatkan, perbankan syariah akan mampu Berjaya melebihi perbankan konvesional yang ada sekarang ini, karena janji Allah itu pasti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *