Hari, tanggal : Minggu, 8 Januari 2017
Moderator : Lila Kondi Dabutar (KSEI FEB UNDIP)
Narasumber : Bapak Gunawan Benjamin (Konsultan Bank Indonesia)
Penyampaian Materi :
Mata Uang Baru Tahun Edaran 2016: Persfektif BI Menanggapi Isu Ekonomi Politik Indonesia”. Jadi gini. Memang sebelumnya saya pernah menjalankan sejumlaj penelitian dari BI terkait redenominasi. Itu tahun 2011 – 2012 silam. Memang pada dasarnya saya mengusulkan adanya semacam perubahan pada motif maupun gambar uang saat ini (bukan uang yang baru motifnya). Dengan alasan karena kita menemukan bahwa masyarakat memiliki rekam visual sehingga nantinya membantu program redenominasi di masa yang akan datang. Jadi begini. Misal uang 1000 rupiah saat bergambar pahlawan cut mutia. Maka nanti disaat redenominasi. Uang 1000 yg menjadi 1 itu tidak memiliki perubahan latar maupun perbedaan gambar pahlawan. Hanya saja nominalnya itu berubah. Dari 1000 menjadi 1 baru. Begitu. Ini untuk meminimalisir dampak negatif redenominasi nantinya. Dan pernyataam saya tersebut juga dimuat dibeberapa media. Search google gunawan benjamin uang baru. Insyaallah ketemu. Ya memang saya pikir tahapannya seperti yang sudah saya rekomendasikan, Jadi diubah motifny yang nanti selanjutnya akan redenominasi. Kalau redenominasi dengan uang yang lama. Nanti motif uang lama itu akan bertahan dalam waktu yg lama. Misal uang 5000 bergambar pangeran diponegoro. Terus diredenominasi. Ya berarti ada swkitar 15 tahun lagi baru motifnya berubah. Karena redenominasi menurut hitungan kita butuh waktu lama hingga benar benar uang redenominasi itu dikenal dan bisa dihapus kata kata “baru” nya. Alasan utk melakukan perubahan terhadap motif uang rupiah adalah lebih ke domainnya pemerintah. Yang penting mencetak uang bermotif baru ini tidak menghabiskan anggaran yang terlalu
besar angkanya. Artinya anggaran yang dikeluarkan itu tidak jauh berbeda dengan mengganti uang lusuh atau rusak. Kecuali penambahan teknologi terkini yang mwmang membutuhkan banyak biaya, missal Agar tidak gampang dipalsukan.
Saya tambahkan lagi. Apa sih pentingnya redenominasi?. Substansial tidak untuk merubah perekonomian nasional. Saya nilai tidak sama sekali. adi gini. Banyak masyarakat itu yang menilai bahwa dengan rdenominasi perekonomian nasional bisa membaik. Saya bilang tidak ada korelasinya. Justru resikonya itu malah bisa fatal. Nah jadi memang ga substansial sebenarnya. Tapi justru kalau redenominasi ini gal dampak yg paling buruk itu hiperinflasi, kayak Zimbabwe. Berarti bisa krisis dong? Pastinya, Nah ini yang menakutkan sebenarnya. Manfaatnya cuman jadi ga ribet. Karena nominalnya kecil. Tapi dama untuk rdenominasi gede namun justru resikonya gede banget.
Bayangkan aja, dari hasil penelitian kita. Masih ada masyarakat yg mikirnya gini. Kalau uang 100 ribu di redenominasi jadi 100. Lha terus dgn 100 perak itu dapet apa?. adi ada kemungkinan mereka panik. Dan selanjutnya mereka belanjain itu duit. ujung2nya naik harga barang, Nah makanya memang ga sedikit biaya utk rdenominasi. Saya ngitungnya itu sebanding dengan dana kampanye untuk proses sosialisasinya saja. Belum ngomongin update telnologi di perbankan karena rdenominasi. Lalu bagaimana dengan adanya asumsi jika mata uang rupiah di Redenominasi, maka kredibilitas rupiah juga akan meningkat? Nah itu persepsi ya.. kredibilitas menurut hemat saya disini “gengsi” rupiah itu yang naik. Misal 1 dolar AS itu 13.000. Kalai sudah di redenominasi jadi 13. Nah keliatan bukan kayak uang sampah toh. Saya pikir engga demikian mbak mela. Begini loo.. uang baru yang dicetak itu sebaiknya dicetak untuk menggantikan uang yang rusak atau tidak layak edar lagi. Makanya uang baru itu peredarannya terbatas, Inflasi saya pikir lebih dikarenakan oleh kegagalan kita dalam mengendalikam harga barang. Di sumut itu angkanya diatas 6%. Dan kita udah pantauin uang beredar M1 misalnya di SUMUT, semuanya normal. Toh kan gini logikanya. Kita punya uang 100 ribu lama. Ditukar dengan uang 100 ribu baru. Sama aja daya belinya.
Kembali lagi ke masalah redenominasi, apakah diberlakukakannya redonimasi hanya untukkeliatan keren? Jadi gini. Kalau kita kembali ketahun 80 an. Disaat itu uang 25 perak masih punya nilai. Akibat inflasi uang itu pecahannya semakin besar. Kalau dibiarkan saya ykin nanti ada uang pecahan 1 juta per lembar. Nah dalam jangk panjang itu buat ribet. Bayangkan kalau buat laporan keuangan. Dengan angka-angka yang sepanjang itu. Jadi memang udah dipikirkan jauh hari. Makanya dalam rekomendasi kami. Itu sosialisasinya dulu yg di suarakan.
Tanya Jawab
Pertanyaan 1 :
Riadhi Firdaus/KSEI LDF Annuur Kalimantan Timur/Tnya IONS Bismillah,
Apa hubungannya uang baru sekarang dengan politik. Kita liat sekarang peredaran uang baru ini banyak menuai pro dan kontra . Belum lagi kado manis dari pemerintah setelah desain uang yang baru mengejutkan dan kado”awal tahun. Jadi menurut bapa apakah semua ini ada hubungan dengan politik atau bagaimana?
Jawab:
Begini.. saya pikir kalau idah masuk ranah politik tentunya sekecil apapun celah kelemahan itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu. Kalau di saya sih selama masukan itu memberika kontribusi positif buat perubahan yang baik tentunya masukan apapun dari siapapun kita terima. Kalau ranah politik memang diriku liatnya dari sisi kepentingan sih. Tapi yang pasti namanya kebijakan itu ada plus minusnya. Mustahil 100% itu diterima semua orang.
Pertanyaan 2:
Adrian_KSEI FoSEI USU_tanya IONS
Assalamualaikum pak. Saya Adrian, dr USU. Jdi seperti begini pak. Setelah keluar nya uang baru, banyak sekali muncul isu isu yang tidak menyenangkan bagi pemerintah sndiri. Sprti isu lambang yg sprti lambang PKI. Kemudian pergantian sebagian pahlawan pada sebagian uang baru yang menimbulkan kontroversi mengenai uang baru trsebut. Saya pernah baca di suatu postingan di medsos, ada bbrp pahlawan yg menjadi motif pahlawan di uang baru itu merupakan pahlawan yg bs dibilang krg terkenal, dan efeknya ke Indonesia sndiri pun hampir tdk ada. Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal ini? Terimakasih
Jawab:
Okey.. nah isu PKI itu memang logo BI sekilas mirip dengan lambang palu arit. Tapi memang teknisnya percetakan uang itu ngeprintnya berlapis. Supaya tidak bisa dipalsukan. Nah saya sih saat diskusi dengan ahlinya di peruri. Ya sudah saya ikut pemaparan mereka mas adrian. Tekniknya dibuat seperti itu supaya sulit untuk dipalsukan. Dan saya juga masih percaya kalau kita masih terbebas dari ideologi komunis dalam percetakannya. Nah yerkait nama pahlawan yang tidak terkenal ini haknya pemerintah memang. Yang paling sering dikemukan yakni setiap wilayaj ada keterwakilannya. Gitu sih alasan mereka. Ya.. tidak bisa dipungkiri. Tiongkok itu sudah mulai memggantikan peran AS.
Pertanyaan 3:
Naufal Habiburrahim_Politeknik APP Jakarta_tanya IONS
Pak, seandainya ketika telah terjadi redominasi, Rp.1000 menjadi Rp.1. Maka bagaiman nanti ketika uang Rp menguat dan harga barang ada yang di bawah Rp.1. Bagaimana penyelesaian masalah seperti ini pak? Trimakasih
Jawab:
Nah.. itu maslah rill nantinya mbak lila. Jadi nanti memang akan ada pembulatan. Yg menurut hemat saya keatas bulatnya. Jadi resiko rdenominasi itu adalah inflasi. Sekalipun redenominasi itu berhasil. Tapi bukan inflasi yg ditakutkan seperti yang di awal.tadi. hiperinflasi tadi.
Pertanyaan 4:
Galih dari alumni fe unpad:
- Bagaimana sebenarnya mekanisme terkait perubahan motif uang? Dari mulai pengusulan perubahan motif sampai yg memiliki hak untuk mengusulkan dari tokoh2nya
- Bagaimana posisi pemerintah dan BI terkait usulan motif uang? Karena BI kan independen apakah untuk motif ada campur tangan pemeritah? Kalau ada sampai sejauh mana? Kalau dilihat dari sisi ekonomi politik, tujuan pencetakan uang mempunyai tujuan negara, kayak jepang yg sekarang semua tokohnya dari ilmuwan, karena emang mau membangkitkan semangat inovasi dan penelitian. Lalu apakah yg ingin disalurkan pemerintah dari motif yg baru?
Jawab :
Bagus mas galih. Jadi gini saya sih ga ngerti ini intervensi pemerintah ke bi itu sejauh mana. Tapi saya punya tema bahwa uang kita sekarang ini temanya NKRI Nanti akan ada tema lain saya pikir kedepannya. Yang pasti uang itu juga digunakan sebagai media kepentingan negara pastinya. Saya sangat yakin diluar yang kita ketahui pasti ada sinergi antara pemerintaj dan BI saat mau mencetak uang. ya meskipin saya ga tau mana yang paling dominan pengaruhnya. Tapi saya pikir itu ga substansial mas galih. Tetep motifnya persatuan mas galih. Saya nilainya begitu. Mungkin karena lagi bertarung dua negara besar yang mau meletakan pengaruhnya yang kuat disini. Jadi seperrtinya kita diadu domba terus ya. adi saya yakin yg namanya tiongkok dan AS itu sama sama mempemgaruhi kita disini. Saya yakin itu. Karena kita disini cakep2 sih. Sama potensi pasarnya gede. Karena kita rame banget. 270 jutaan hehehe.
Ya sebenarnya kita punya sekitar 18 rekomendasi saat redenominasi. Tapi itu udah menjadi haknya bi. Jadi kalau mengacu kepada apa yg kita rekomen itu gini. Pertama sosialisasi. Kedua uang logam recehan dulu yg diedarkan, jadi resikonya kecil, selanjutnya buat tambahan kata2 baru. Terus untuk menghindari kemungkinan perselisihan ditengah masyarakat. Nanti ada tulisan kecil yang memyatakan “uang 50 rupiah baru ini setara nilainya dengan 50.000 uang lama”. Ya kata2 semacam itu lha. Itu sebagian rekomen kita untuk mengurangi dampak buruk dari redenominasi mbak devi. Instagramnya bagus. Boleh jadi masukan mbak. Nambah masukan biar makin faham. Dan saya menyarankan redenominasi dilakukan disaat inflasi rendah kondisi politik stabil.
Petanyaan 5: Tita_IPB_tanyaIONS
Adakah contoh kemungkinan kasus lain penyebab redenominasi gagal menyebabkan inflasi (selain yg sdh bpk paparkan?)
Kira2 caranya menaikkan daya beli masyarakat agar beriringan dgn redenominasi sehingga tercapailah dampak +, itu bgmn Pak? Terima Kasih…
Jawab:
Kalau saya menilainya daya beli itu membaik kalau harga stabil, pendapatan meningkat. Justru redenominasi itu menurutku ga ngaruh mbak tita ke daya beli. Gagal rdenominasi yang kita kuatirkan adalah masyarakat awam ga faham apa itu redenominasi. Nah kalau politik ga stabil. Mereka2 yang awam ini lebih mudah dijadikan “kendaraan” oleh kepentingan politik tertentu. Bisa tambah runyam. Nah ini yg harus disadari bener2 sama pemerintah kita. Kuncinya itu dipemahaman masyarakat. Kalau masyarakat faham. Semuanya aman.
Pertanyaan 6: Salim_UGM_tanya IONS
Apakah di BI saat ini masih ada divisi Riset yang khusus membahas Redenominasi? Menurut prediksi Bapak berapa tahun lagi redenominasi benar2 dilakukan, karena pewacanannya kalau saya tidak salah ingat sudah dari tahun 2012 akhir
Jawab:
Kalau risetnya saya yakin mereka tetap ada sampai sekarang. Mas salim wong saya aja kemarin mikirnya riset 2012 selesai berarti 2013 udah jalan. Lhaaaa faktanya belum sampe skrg. Tinggal di Dpr mas ketok palunya. Tetp tggu peesetujuan dpr mbak tita. Jadi kami punya dugaan saat itu. Pertama memang pemerintah saat itu ga mau keluarkan isu redenominasi karena deket pemilu. Kedua memang prosesnya itu panjang lewati dpr. Ketiga memang urgensi redenominasi itu yang ga mendesak bangey. Bisa ditunda. Gitulha suuzhonnya aku waktu itu. Kita tunggu aja apa rdenominasi ini masuk prolegnas. Kita cuman mikirnya sekecil apapun ide utk mnimalisir. Yang penting sosialisasinya di media, media apapun.
Pertanyaan 7:
Fitri_cies uny_tanya ions
Trimamasih bapak atas pemaparannya . Apakah sebelum ini pernah ada peluncuran motif uang baru apa baru sekali ini ? Kalau misalnya pernah adakah masalah yang ditimbulkannya? Sama tadi kan dijelaskan di awal bahwa perubahan motif itu karena masyarakat memiliki rekam visual sehingga membantu program redenominasi yang akan datang, bukankah masyarakat lebih familiar apabila tidak ada perubahan motif pak? Terimakasih
Jawab:
Wah diskusi mengenai motif ini saya pastinya ga diajak lha mbak fitri. Emangnya saya siapa? tapi emang harapannya dengan uang baru yang beredar sekarang masyarakat memilki rekam visual yang cukup sehingga bisa dijadikan “modal” untuk redenominasi. Dan saya yakin pasti ada hal-hal yg lebih up to date sehingga rekomendasi kami sebelumnya disempurnakan. Udah lama banget soalnya 4 tahun silam rekomendasi itu udah dibuat
Pertanyaan 8:
Dito Anurogo _ S-2 IKD Biomedis FK UGM Yogyakarta _ Tanya IONS
Bagaimana agar redenominasi ini nantinya bisa berhasil tanpa kontroversial? Mengapa Indonesia sampai memerlukannya? Apa tidak ada solusi alternatif lainnya? Lobi-lobi politik dan bisnis apa yang perlu dilakukan pemerintah, dan siapa yang perlu dirangkul; agar redenominasi ini berjalan mulus dan sukses? Terimakasih.
Jawab:
100% saya yakin ini masih kontroversial mas dito. Alternatif untuk jalan keluar agar nominal kita nanti ga kegedean sih emang ga ada mas selai redenominasi. Sebelumnya ada ide gini.. biar mulus redenominasi semua masyarakat harus make uang elektronik biar gampang di redenominasi. Biar ga ribut ribut banget. Tapi semuanya pada garuk2 kepala. Mau sampai kapan masayarakat kita ga pake uang tunai lagi. Itu sih jalan keluar sebenarnya mas utk menghindar dari keruwetan proses redenominasi. Kalau politik tetep legislatif harus dirangkul. Selanjutnya dunia perbankan “dipaksa” ikutin program redenominasi. Perbankan harus siap berinvestasi apapun bentuknya (duit sdm dll) untuk keberhasilan redenominasi. Karena kalau ditanya ke bankir. Masih banyak yang bilang “buat pusing aka redenominasi”.
Pertanyaan 9:
Yayuk_STEI SEBI_Tanya IONS
Anggaran untuk cetak uang baru berapa ya pa ? Jawab:
Setau saya uang 100 ribu itu dicetak menggunakan biaya sekitar 3000 rupiah. Nah justru cetak uang kecil2 kayak 2000 itu yang angkanya agak deketan dengan nominalnya. Kalau diarata ratakan sekitar 600an giti deh biayanya. Kalau totalnya saya pikir BI yang lebih tahu. Karena biaya itu dihitung dengan mengkalikan biaya dan jumlah lembarnnya yang dicetak. Kalau menurut perkiraan saya 2 sampe 3 T. Itu untuk mengganti uang yang tidak layak edar diganti dengan uang baru. Sulit banget.. selama masyarakat kita masih pake uang tunai. Anggaran cetak uang itu tetap akan susah dihemat. Beda kalau masyarakat udah pake e money. Kalau udah e money lebih murah biayanya. Paling upgrade teknologi sistem.keamanan aja.
Demikian notulensi diskusi IONS pada Ahad 08 Januari 2017, dengan tema “Mata Uang Baru Tahun Edaran 2016: Persfektif BI Menanggapi Isu Ekonomi Politik Indonesia”.