Kemiskinan

Kemiskinan

Oleh: Bapak Luqyan Tamanni,M.Ec

Notulensi 19 Januari 2017

Fakta Kemiskinan

Kemiskinan selalu menjadi topic yang menggugah kepedulian, keprihatinan dan optimisme dalam waktu yang bersamaan. Untuk penggiat ekonomi Islam, semestinya, kemiskinan harus menjadi kesempatan terbaik untuk membuktikan agama ini mempunyai solusi yang permanen. Berdasarkan Laporan Oxfam bulan ini mensinyalir bahwa kekayaan 16 orang terkaya sama dengan atau melebihi pendapatan separuh penduduk dunia, sedangkan dalam pandangan kapitalisme kemiskinan adalah hal yang lumrah, karena fondasi kapitalisme adalah capital, dan privat ownership, kompetisi Darwinian dan survival of the fittest. Thomas Piketty dalam bukunya Capital in the 21’st Century membahas meningkatnya kesenjangan sejak lahirnya kapitalisme, rekomendasi utamanya adalah memungut pajak atas capital income orang orang kaya di Barat, namun ditentang habis habisan padahal ini merupakan cara terbaik mengurangi kesenjangan dan juga kemiskinan.

Overview Kemiskinan

Wajah kemiskinan di indonesia setidaknya dapat diidentifikasi dengan beberapa poin, diantaranya adalah struktur perekonomian yang tidak seimbang antara urban-rural, akses korporasi-ukm dan usaha kecil lintas pulau dan sebagainya, labilnya kondisi perekonomian baik karena pengaruh tekanan pasar global atau situasi domestic seperti cadangan devisa, inflasi dan sebagainya, kemudian lemahnya institusi keuangan termasuk perundangan, governance, rule of low, kualitas manusia, rendahnya tingkat pendidikan dan keahlian, rendahnya tingkat kesehatan dan tingginya tingkat penyebaran penyakit, dan aspek kesehatan masyarakat lain, rendah dan sulitnya akses permodalan termasuk pinjaman dan jasa proteksi yang kesemua poin ini bisa dirujuk dalam buku Poor Economics berjudul Banarjee & Duflo. selain itu, program pada masa Orde Baru secara perlahan dapat mengurangi kemiskinan, namun gejolak krisis regional (1997-1998) kembali meningkatkan angka penduduk miskin begitu juga pada tahun 2005-2006 ketika harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM) mengalami peningkatan kembali ada lonjakan tingkat kemiskinan. Indikator kemiskinan menurut BPS yaitu asupan kalori per hari, kalau merujuk Bank Dunia pendpatan yang kurang dari $2 per hari, mungkin saja masih kisaran UMR namun daya beli kebutuhan pokok jatuh drastis, artinya yang dikatakan miskin adalah mereka yang pendapatannya tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya sehari hari misalnya sebesar 350 ribu per bulan. Mengenai rekomendasi Piketty dianggap belum layak diadopsi dikarenakan akan terjadi perubahan besar dalam rezim pajak barat, yang selama ini digunakan adalah income tax atau inheritance (wealth transfer) yang diusung Piketty, pajak pendapatan return on capital seperti peningkatan nilai asset rumah dan saham.

Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Angka penduduk miskin dunia di perkirakan sekitar 1,3- 1,5 milyar sementara jumlah penduduk miskin yang telah dijangkau oleh berbagai program microfinance baru sekitar 220 juta diseluruh dunia, dengan jangkauan lembaga keuangan mikro (LKM) sekitar 18%. Dari beberapa sumber yang ada mengatakan bahwa pangsa LKMS global baru sekitar 3- 4% sementara jumlah penduduk miskin di Negara muslim berjumlah antara 600- 700 juta, separuh angka kemiskinan dunia.Secara umum masalah yang dihadapi cenderung sama, yaitu pemerintah seringkali memihak dengan koporasi dengan argumen menciptakan sumber lapangan kerja untuk rakyatnya, jadi harus difasilitasi. Misalnya kadar pajak koporasi di Inggris turun 19- 20% sementara untuk individu sekitar 21- 50%.

Kontribusi LKM/LKMS saat ini terbilang masih minim, namun secara perlahan ini akan berubah, terutama dengan gencarnya berbagai program dan kebijakan untuk mendorong berkembangnya LKM/LKMS di Indonesia dan global misalnya dengan keuangan inklusif. Menurut fakta, intensifitas LKMS terhadap kemiskinan didapati lebih efektif, pertama, kebanyakan alokasi pinjaman mikro untuk produktif meski memang banyak yang konsumtif dan ada yang intensif ditambah lagi tekanan bagi peminjam atau nasabah untuk terus loyal dalam melunasi. Untuk target financial inclusion di indonesia sendiri memang cukup ambisius, dari jumlah unbanked population yang hampir 70% ingin dibalik menjadi 70% yang banked sesuai hipotesis awal.

Masa Depan Lkm/Lkms Di Indonesia

Tantangan terbesar pengentasan kemiskinan di Indonesia setidaknya dapat diidentifikasi, diantaranya yaitu pertama dengan Komersialisasi, hal ini dapat ditelisik dengan dan akan muncul ketika semakin banyak kembaga keuangan komersil seperti bank yang masuk dalam sektor mikro, hal ini juga didukung dengan proses seleksi nasabah itu sendiri yaitu seringkali karena regulasi dan ketentuan nasabah yang harusnya “miskin” digeser menjadi “agak miskin” namun mampu melunasi bahkan ada sedikit jaminan. Kedua, Korporatisasi Program Pengentasan Kemiskinan, yaitu program keuangan inklusif bisa menjadi kuda troya, kalau tidak diteliti. Karena disaat kita semangat sekali ingin menjangkau masyarakat miskin supaya mereka punya akses ke sistem perbankan dan keuangan secara tidak sadar kita memasukkan mereka dan semua kita dalam sistem keuangan yang tidak stabil.

Ketiga, Solusi Islam untuk kedua problem ini cukup baik yaitu dengan melibatkan lembaga zakat dan wakaf. Ketika keduanya terintegrasi dengan sektor keuangan mikro komersialisasi tidak terlalu berdampak. Misalnya program zakat bisa membantu saudara kita yang sangat miskin sementara yang relative lebih baik kondisinya tetap bisa dilayani oleh LKMS. Kemudian untuk menghindari kontaminasi dengan sistem keuangan global, wakaf bisa menjadi solusi karena sebagian besar bank nasional yang masuk sektor mikro punya struktur kepemilikan global/ asing yang mungkin ketika ada masalah mereka akan membawa dana yang dikumpulkan dari microsaving masyarakat miskin untuk diinvestasikan lagi di tempat lain. Free low of Capital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *