Penulis: Agus (KSEI UIE UIN Sumatera Utara)
Perkembangan teknologi telah merubah sebagian besar kehidupan manusia termasuk bisnis. Inovasi teknologi finansial dimulai dari dunia perbankan dengan munculnya Core Banking System (CBS) yang merupakan aplikasi jantung dari system perbankan. Perkembangan teknologi finansial merambah kepada klien dengan munculnya perusahaan start-up dan high-tech yang menciptakan inovasi-inovasi teknologi finansial.
Teknologi merupakan sepak terjang yang terus menjadi tolak ukur tumbuh kembangnya suatu Negara. Bagaimana tidak? Semakin maju teknologi suatu Negara semakin tinggi nilai jual barang dan jasanya pula. Merujuk kepada suatu fenomena keadaan teknologi dan keuangan (finansial) beradu, dapat merubah bisnis modern dan melemahkan bisnis tradisional untuk masuk. Bisnis modern mengalami perubahan seperti halnya yang terjadi pada pelayanan keuangan. Disisi lain, penghambat masuknya bisnis modern mulai menurun akibat bermunculannya pemikiran baru menggantikan institusi yang berjalan tradisional.
Salah satu contoh perkembangan itu sendiri yakni penggunaan uang elektronik untuk masuk ke jalan Tol. Komputerisasi dalam beberapa aspek memudahkan dan sangat efesien dalam penggunaan waktu.Tak payah mengantri kembalian dan juga mengurangi interaksi timbal balik antar pekerja dan konsumen adalah contohnya. Namun, yang jadi pertanyaan bagaimana dengan para pekerja jika terjadi komputerisasi di setiap bidang? Otomatis tak hanya pemangkasan waktu yang terjadi, namun juga pemangkasan pekerja.
Sejak 1 Oktober 2017 telah di tetapkan di seluruh bagian Indonesia untuk menggunakan e-toll card di setiap jalan tol. Hal ini diterapkan guna menggalakkan penggunaan uang non tunai yang sudah mulai dikembangkan oleh Bank Indonesia. “Penggunaan uang non tunai di gerbang tol akan memangkas waktu transaksi dan otomatis akan mengurangi kemacetan”, ujar Kepala kantor perwakilan wilayah Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara, Bapak Arief Budi Santoso.
Perkembangan zaman yang tak dapat dibendung menciptakan generasi melenial yang pada akhirnya beberapa perubahan dianggap sangat penting dalam perkembangan suatu negara, salah satunya komputerisasi. Namun, tak dipungkiri setiap perubahan tetap tak luput dari hal positif dan negatif. Begitu pula dengan perubahan penggunaan uang non tunai pada gerbang Tol. Hal positif yang bisa diambil dan mengerti dari keputusan tersebut salah satunya adalahmengurangi kemacetan. Ini adalah hal yang cukup jelas akan dirasakan oleh para pengguna tol, apalagi di jam sibuk seperti pagi dan sore hari pada hari kerja. Karena pemberian uang kembalian memakan waktu yang lebih lama daripada sistem non tunai. Jika memakan waktu, ditambah jumlah kendaraan yang semakin lama semakin menumpuk di gerbang tol akan menyebabkan kemacetan dan kepadatan gerbang tol yang akan cukup sulit untuk diuraikan.
Lalu hal positif yang kedua adalah berkurangnya kesalahan-kesalahan seperti pemberian uang kembalian kurang, lalu adanya uang palsu. Dengan meningkatnya kendaraan yang akan keluar, tentu saja penjaga tol harus cepat dalam melaksanakan tugasnya yaitu menerima uang dari pengguna tol. Jika uang nya bukanlah uang pas, tentu saja penjaga harus mengembalikannya. Human Error bukanlah sesuatu yang sepenuhnya dapat kita hindari. Jika ada kegiatan penyerahan uang kembalian yang salah tentu akan merugikan pihak pengguna jalan Tol.jika uang kembalian tersebut kurang akan merugikan pihak pengguna jalan Tol,dan jika uang kembalian tersebut lebih dari yang seharusnya dikembalikan tentunya akan merugikan pihak pemilik Tol.. Jika menggunakan transaksi non tunai tentu saja akan terhindar dari adanya bahaya uang palsu. Tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pengguna jalan tol yang akan menggunakan uang palsu untuk membayar baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Terlebih lagi jika petugas gerbang tol lengah untuk memeriksa uang tersebut karena tingginya pengguna jalan tol.
Namun dibalik dampak positif tersebut terdapat dampak negatif. Pertama pengurangan pekerja di perusahaan atau lembaga tol tersebut. Mengapa terjadi demikian? jika tugas mereka telah digantikan oleh mesin pembaca kartu E-Toll tersebut, maka perusahaan tidak menutup kemungkinan akan memutus hubungan kerja dengan para karyawan yang bekerja dibidang penjagaan pintu tol tersebut, karena biaya gaji karyawan tersebut dapat dialihkan ke biaya-biaya lainnya. Namun juga perusahaan atau lembaga pemilik jalan tol tersebut akan membutuhkan lebih banyak teknisi dikarenakan jumlah mesin yang semakin banyak.
Dampak negatif kedua adalah jika ada pengguna jalan tol yang tidak menerima informasi adanya penggunaan gerbang tol non tunai akan kesulitan untuk masuk dan terpaksa menggunakan jalan umum. Itu akan merugikan kedua belah pihak yaitu perusahaan atau lembaga pemilik jalan tol serta pengguna. Persepsi orang Barat yang cermat dan spesifik atas waktu membuat mereka lebih menghargai waktu dari pada orang Timur. Akibatnya, mereka akan merasa lebih jengkel dan marah atas keterlambatan seseorang ketikamereka menunggu sesuatu yang tidak pasti atau pengunduran jadwal acara atau kerja mereka. Bila kita mengundang mereka untuk datang ke tempat kita, misalnya untuk makan malam, kita harus menyebutkan tanggal dan waktunya. Tanpa menyebutkan waktu yang spesifik, mereka akan menganggap kita tidak serius. Sebaliknya, mereka bisa jengkel bila kita datang ke rumah mereka tanpa perjanjian terlebih dahulu, karena kedatangan kita yang tiba-tiba boleh jadi akan mengganngu jadwal mereka atau menyita waktu mereka.
Masyarakat dengan kebudayaan dalam konsep monokronik selalu mengatakan: “Segala sesuatu dilakukan tepat pada waktunya.” Sebaliknya, dalam kebudayaan polikronik akan mengatakan banyak hal dapat ditangani pada waktu yang sama dan waktu diatur di bawah relasi pribadi. Lalu dengan kita bermodernisasi dengan komputer di berbagai bidang dapatkah kita mengejar ketertinggalan kita terhadap Negara maju? Salah satunya dalam memanfaatkan pengunaan waktu kita terlebih dahulu. Dengan adanya pemangkasan waktu tersebut maka bagaimana dengan pemangkasan peluang kerja bagi para pekerja? Lantas, bagaimana nasib karyawan yang sebelumnya melayani pengemudi di pintu gerbang Tol? Vice President Operation Management PT Jasa Marga Tbk, Raddy R. Lukman mengatakan, “Jasa Marga memutuskan untuk tetap mempertahankan karyawan yang ada.” Pernyataan ini sedikit melegakan perasaan para pekerja untuk tidak khawatir terkena imbas dari komputerisasi. Namun tetap saja singkronisasi terhadap pemangkasan waktu dan peluang pasti kerap tak dapat dihindari.
Dalam hal ini, untuk terus menggali potensi fintech di Indonesia agar dapat diterapkan sesuai dengan prinsip syariah maka yang perlu dilakukan adalah adanya keterbukaan informasi antara seluruh pekerja dengan masyarakat selaku pengendara mengenai perbedaan tarif yang diterapkan pemerintah akan berbeda diberapa wilayah di Indonesia, administrasi pajak, akuntansi keuangan, adanya proses penginformasian pembayaran dengan menggunakan kartu secara merata dikalangan masyarakat umum, hingga proses audit harus selalu diamati dan dijaga dengan baik. Oleh karena itu, para akademisi, pakar fikih, regulator dalam sistem pemerintahan, praktisi keuangan, dan pelaku start-up perlu duduk bersama dan bersinergi untuk terus melakukan kajian, pengembangan serta pengawasan terhadap aplikasi fintech di Indonesia agar dapat diterapkan sesuai dengan prinsip syariah.