Oleh: Rasikh Saifan A. & Reza Awaliah Ali (Trainee FoSSEI Research Team 2021)
Tahun 2020-2021 ini merupakan periode yang sulit bagi seluruh negara, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan munculnya pandemi Covid-19 yang bermula dari Kota Wuhan, China dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Penyebaran pandemi Covid-19 yang sangat cepat memaksa negara-negara melakukan pembatasan sosial guna membatasi aktivitas warganya terutama dalam bertatap muka. Adanya pembatasan sosial membuat banyak sektor terdampak di Indonesia dan beberapa terpaksa beralih ke sistem online. Salah satu sektor yang sangat terdampak dan terpaksa beralih ke sistem daring adalah pendidikandengan penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
PJJ menjadi solusi agar pendidikan di Indonesia tetap berjalan meskipun tanpa adanya tatap muka antara murid dengan tenaga pendidik. Penerapan PJJ ini merupakan implementasi kebijakan dari Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 Tentang “Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)”. Surat edaran tersebut mengatur beberapa hal, seperti perubahan sistem ujian sekolah, penghilangan Ujian Nasional, perubahan pengaturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), dan penerapan PJJ (Wismawarin, 2020). Dalam menerapkan PJJ ini, tentunya pemerintah menerapkannya bukan tanpa alasan terutama bagi siswa. Berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia, hingga Februari 2021, jumlah anak usia 0-18 tahun yang terjangkit Covid-19 mencapai 82.710 orang atau 11 persen dari orang dewasa dengan korban yang meninggal mencapai 568 orang atau 2,6 persen dari orang dewasa penderita Covid-19 yang meninggal dunia (Azzam, 2021).
Jumlah yang besar ini menjadi alasan kuat penerapan PJJ di sekolah-sekolah. Akan tetapi, PJJ menurut Mendikbud Ristek RI akan berdampak negatif bagi siswa khususnya anak-anak. PJJ membuat anak-anak tidak bisa berinteraksi secara langsung dengan gurumaupun teman sebayanya. PJJ yang dialami anak-anak selama masa pandemi memberikan dampak bagi kemampuan sosial anak seperti sikap anak yang menjadi kurang kooperatif, kurangnya sosialisasi pada anak, dan kondisi emosional anak yang kadang merasa bosan karena segala aktivitasnya dilakukan di rumah dan secara mandiri. Rasa bosan yang dialami anak selama PJJ juga dapat disebabkan oleh pembelajaran yang cenderung monoton dan tidak menarik sehingga menimbulkan rasa bosan bagi anak (Kusuma & Panggung, 2021). Selain itu, terdapat kemungkinan adanya kekerasan verbal yang mungkin dialami anak selama PJJ. Maka, terjadi dilema antara memprioritaskan kesehatan atau pendidikan, ketika sektor kesehatan menjadi prioritas utama di tengah pandemi. Di sisi lain, ada terdapat aspek lain yang harus dikorbankan termasuk sistem pendidikan yang berubah drastis dari pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi PJJ.
Lantas idealkah PJJ yang sudah berlangsung selama kurun waktu satu tahun ini? Menurut kami, PJJ yang sudah berlangsung selama kurun waktu satu tahun ini belum sepenuhnya efektif dan ideal bagi kondisi jiwa sosial anak. Ketika PJJ berlangsung terjadi hambatan pada proses sosialisasi pada anak. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi secara langsung antara anak dengan teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitar. Nadiem Makarim (2021) menyatakan bahwa PJJ yang sudah berlangsung selama satu tahun ini kurang efektif dan salah satu penyebabnya adalah adanya rasa bosan bagi anak selama belajar di rumah. Hal ini mungkin dipicu oleh rutinitas belajar yang tidak diiringi dengan proses interaksi sosial yang seimbang. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang tepat dalam PJJ agar sosialisasi pada anak tetap dapat berjalan dengan baik, seperti meningkatkan komunikasi guru dengan siswa agar lebih interaktif, melakukan kolaborasi antara guru dan orang tua sebagai tenaga pendidik untuk mendukung proses perkembangan perilaku sosial anak, guru mengadakan home visit grup, atau membuat kelompok belajar di sekitar rumah siswa, sehingga PJJ tidak mengganggu perkembangan jiwa sosial anak dan pembelajaran tetap berlangsung secara ideal.
REFERENSI
Aditya, Ryan Nicholas (2021) Nadiem Sebut Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh di Seluruh Dunia Menurun. https://nasional.kompas.com/read/2021/05/05/13484081/nadiem-sebut-efektivitas-pembelajaran-jarak-jauh-di-seluruh-dunia-menurun?page=all
Azzam, A. (2021). Sebanyak 82.710 Anak Di Indonesia Positif Covid-19. Bisnis.Com. https://foto.bisnis.com/view/20210209/1354510/sebanyak-82710-anak-di-indonesia positif-covid-19
Kusuma, W. S., & Panggung, S. (2021). Dampak Pembelajaran Daring terhadap Perilaku Sosial Emosional Anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1635– 1643. https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/940
Wismawarin, B. (2020). Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi, Solusi Atau Masalah? IAP Indonesia. https://iap2.or.id/pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-solusi-atau-masalah/