Oleh Wahyu Anggraini
Judul buku : Filsafat Ilmu
No. ISBN : 979-421-993-2
Penulis : Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.
Penerbit : RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss)
Cetak/Edisi : Edisi 1 Cetak 11
Tahun Terbit : 2012
Bahasa : Indonesia
Tebal buku : 266 + XIV halaman
Isi Resensi
Buku ini merupakan bagian dari peneletian buku daras yang dilakukan di Falkutas Usluhudin dan Filsafat UIN Jakarta yang ditulis oleh Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Buku ini bertujuan untuk mendorong dan membantu para akademika dalam mencari informasi yang relevan dan aktual dalam proses perkuliahan terutama yang berkaitan tentang filsafat ilmu.
Bagian pertama buku ini membahas tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam metafisik). Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek materialnya adalah alam nyata dan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami obyek material. Pada bagian ini juga dijelaskankan bahwa, pada perkembangan berikutnya filsafat bukan hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri dan bersifat sektoral.
Salah satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu, persamaan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu. Oleh penulis, dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secra empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik maupun fisik. Penulis juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (obyek telaah), epistemologis (proses, prosedure, mekanisme) dan aksiologis (untuk apa). Yang terakhir pada bagian ini menjelaskan tentang 5 tujuan filsafat ilmu dan salah satunya memberikan penegasan bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan, antara ilmu dan agama sama sekali tidak ada pertentangannya.
Bagian kedua dari buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan filsafat yang dibagi dalam tiga periode. Periode pertama merupakan masa awal dari kaum filosof alam yang dimulai dari Thales hingga Parmanides. Dalam periode pertama, para filosof dengan segala pendapat dan pandangan yang berbeda-beda dianggap tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan tentang manusia dan kebenaran. Pada bagian ini juga dijelaskan sejarah perkembangan ilmu yang dibagi dalam tiga periode pula yaitu: perkembangan ilmu zaman Islam, kemajuan ilmu zaman Renaisans dan modern serta kemajuan ilmu zaman kontemporer. Perkembangan pengetahuan zaman Islam dimulai sejak peristiwa Fitnah Al- Kubra yang dimotori oleh Abdullah Ibn Umar dan Abdullah Ibn Abbas. Kemajuan pesat mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Salah satu pelopornya adalah Al Mansur yang memerintahkan penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Arab.
Bagian ketiga buku ini menjelaskan tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran. Salah satu definisi menyatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran. Disepakati bahwa ada empat macam pengetahuan yaitu pengetahuan biasa (common sense), pengetahuan ilmu (pengetahuan common sense yang terorganisasi dan sistematis)) dan pengetahuan filsafat serta pengetahuan agama. Secara teori, hakikat pengetahuan dapat diperoleh melalui dua pandangan yaitu pandangan realisme dan idealisme. Selain itu, bagian ini juga menjelaskan ada tiga sumber pengetahuan yaitu secara empiris melalui pengalaman, rasionalisme yang mengutamakan kemampuan akal, dan sumber pengetahuan tertinggi adalah wahyu Allah SWT melalui nabi dan Rasul-Nya.
Bagian ke-empat dari buku ini membahas tentang dasar-dasar Ilmu yang dibagi atas tiga bagian yaitu ontologis, epistemologi dan aksiologi. Di dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-pandangan seperti monoisme yang menyatakan bahwa hakikat yang asal itu hanya satu. Cabang dari monoisme ini adalah materialisme yang berpandangan bahwa hakikat yang asal adalah satu yaitu dari materi, sementara cabang lainnya yaitu idealisme yang berpandangan bahwa segala yang asal itu berasal dari ruh. Pandangan lainnya adalah dualisme yang menyatakan bahwa segala sesuatu berasal dari dua unsur yaitu materi dan ruh, jasmani dan rohani. Pandangan lainnya adalah pluralisme yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas yaitu unsur tanah, air, api dan udara. Ada juga faham nihilisme yang nampaknya frustrasi menghadapi relaitas.
Bab terakhir dari buku ini membahas tentang sarana ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan seperti bahasa, matematika, statistic, dan logika. Seseorang akan memiliki cakrawala berpikir yang luas dengan kemampuan habasa yang baik. Matematika juga merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan. Sedangkan statistik sebagai sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Kelebihan
Sampulnya menarik, buku ini ditulis dengan runtut sehingga pembaca dapat memahami dengan jelas apa yang terdapat dalam buku tersebut. Selain memiliki keunggulan,
Kekurangan
Pembaca menemukan banyak istilah asing yang seharusnya dicetak miring tetapi tidak dicetak miring.
Penutup
Buku ini cocok dibaca oleh kalangan akademisi maupun di luar akademisi. Buku ini membantu para mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan, dapat dijadikan pedoman terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah, serta memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang. Dari luar kalangan akademisi juga sangat berguna terutama untuk memahami dan memperluas wawasan tentang hakikat dan makna filsafat ilmu secara filosofis.