Erick Tohir (Menteri BUMN) dan Hery Gunardi (Dirut BSI) mengakui bahwa BSI terkena serangan siber. Masyarakat terutama nasabah memberikan respon kecewa dan khawatir. Dugaan sana-sini pun menyebar, diiringi isu pindah ramai-ramai ke bank konvensional.
Kalau dipikir-pikir, apa hubungannya bank terkena serangan siber dengan sistem syariah islam?
Coba baca ini, sebentar saja.
Suatu transaksi dikatakan sesuai syariah Islam ketika tidak melanggar syariah Islam
“Hukum asal mualamah adalah boleh dan diperbolehkan kecuali ada dalil (yang melarangnya)” (Jumhur)
Sekarang, kenapa ketika bank terkena serangan siber, kita langsung cap seluruh bank tersebut tidak sesuai syariah?
Kita belum mengetahui betul alasannya, namun sudah meluapkan amarah kepada yang belum pasti. Kita marah dengan dugaan masalah pegawai. Kita marah karena dugaan fasilitas digital suatu bank yang usianya baru 2 tahun, bahkan ada yang menyebar isu kalau saldo nasabah akan dicuri.
Dirut BSI mengatakan : “Hal tersebut (serangan siber) perlu pembuktian lebih lanjut (penyebabny
a) melalui audit dan digital forensik. Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, baik itu regulator maupun pemerintah.”(CNBC Indonesia). Beliau melanjutkan bahwa akan terus melakukan perbaikan dengan fokus utama menjaga dana dan data nasabah tetap aman (Tempo).
Justru pelaku serangan siberlah yang tidak sesuai syariah karena pelaku mengganggu jalannya usaha bank. Demi keuntungan pelaku, pelaku sampai merusak nama baik bank. Secara tidak langsung, pelaku serangan juga mengganggu aktivitas usaha kita, para nasabah, serta perekonomian tanah air kita. Pelaku inilah yang seharusnya kita kecam.
Kesal itu wajar. Khawatir apakah uang kita masih aman itu wajar. Mempertanyakan kemampuan bank menyelesaikan masalah itu wajar. Melakukan tindakan berjaga-jaga juga wajar. Namun, jika kesalahan ini menjadi alasan kita mengecap bank tersebut~bahkan seluruh bank syariah~tidak sesuai syariah, itu tindakan yang tidak tepat. Tidak bisa kita menyalahkan seluruh bank syariah hanya karena salah satu bank sedang bermasalah. Itu sama seperti muslim yang berlaku jahat pada kita kemudian kita katakan bahwa semua muslim adalah jahat.
Presidium nasional bidang keilmuan Aam Arrosyad mengatakan perihal adanya sedikit kendala sistem pada Bank Syariah Indonesia beberapa hari ini, kita semua sebagai muslim, terutama kita yang mengatasnamakan diri kita sebagai penggiat ekonomi syariah tentunya harus menyikapi kejadian ini dengan bijak dan penuh kedewasaan. Perlu kita ingat kembali bahwasanya kita memilih “ekonomi syariah” lebih dari sekedar layanan perbankan ataupun produk keuangan belaka. Lebih dalam daripada itu, terdapat nilai dan idealisme di baliknya.
Memang tidak bisa dipungkiri, dalam beberapa hari ini, kita semua yang menggunakan Bank Syariah Indonesia sebagai alat transaksi utama dalam hal finansial, tentu mengalami dampak yang signifikan, mungkin kita sedikit kerepotan beberapa hari belakangan ini, apalagi bagi kita yang setia hanya memiliki satu rekening bank syariah saja. Namun, menerapkan ekonomi syariah perlu kesabaran dan perjuangan, mungkin saja memang di saat yang berat ini, kita semua sedang diuji kesetiaannya dalam mendukung ekonomi syariah khususnya dalam perbankan. Mungkin, Bank Syariah Indonesia memang perlu berbenah, tapi bukan berarti kita berpaling dan meninggalkan, jika memang kita mengatasnamakan diri sebagai “ekonom rabbani”.
Terakhir, sepertinya masyarakat Indonesia memiliki ekspektasi bahwa bank syariah harus selalu untung, harus selalu memuaskan seluruh nasabahnya. Ekspektasi masyarakat Indonesia terhadap bank syariah yang baru berdiri itu sangat tinggi. Begitu bank syariah mengalami masalah seperti kerugian dan masalah teknis, masyarakat meragukan ke-syariah-an bank syariah. Bank konvensional juga pernah mengalami kesalahan teknis dan kerugian besar. Bank digital yang baru berkembang sejak pandemi seperti bank syariah pun juga sedang mengalami naik-turun operasional yang fluktuatif. Namun, respon masyarakat akhirnya membaik setelah melihat hasil perbaikan mereka pascabencana. Maka dari itu, jawaban dalam bentuk kesigapan perbaikan di masa depanlah yang menentukan hasil akhirnya (bank syariah).
Mari kita perbaiki mindset kita. Syariah Islam adalah satu-satunya panduan yang benar termasuk panduan dalam bertransaksi. Namun, dalam transaksi, rugi itu wajar. Manusia pasti akan melakukan kesalahan karena tidak ada makhluk yang sempurna. Oleh karena itu, jika kesalahan itu pasti tetapi kita diberikan panduan yang benar (syariah) dan panduan yang salah (tidak syariah) untuk memperbaikinya, sudah tentu kita harus pilih panduan yang benar. Kesalahan itu pasti, tetapi pastikan kita tetap mengikuti yang benar.
“Akan datang kepada manusia suatu zaman (dimana) orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggengam bara api.” (HR. Tirmidzi).