Gerakan OMOB (One Month One Book): Solusi Produktif di Masa Pandemi

Gerakan OMOB (One Month One Book): Solusi Produktif di Masa Pandemi

Penulis: Sri Ulfa dan M. Ramlan (Trainee FoSSEI Research Team 2021)

Sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia, tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai negara dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Dilansir CNBC Indonesia indeks human capital Indonesia hanya sebesar 0,53% atau berada pada peringkat 87 dari 157 negara (Wirayani, 2018). Rendahnya kualitas SDM tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek, tak terkecuali permasalahan rendahnya tingkat literasi masyarakat. Hal ini disebabkan tingkat minat membaca buku seseorang akan berpengaruh terhadap wawasan, mental, dan perilaku. Data UNESCO menunjukkan, bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Hal ini mengindikasikan bahwa, dari 1.000 orang Indonesia, hanya terdapat satu orang yang rajin membaca (Hutabarat, 2020).

Permasalahan tingkat literasi dapat diselesaikan dengan menumbuhkan minat baca melalui kesadaran tiap-tiap individu. Salah satu strategi memupuk kesadaran membaca yang dapat dipraktikkan adalah gerakan One Month One Book (OMOB). Program ini merupakan gerakan membaca satu buku sampai tuntas dalam waktu satu bulan. Gerakan ini dapat berpotensi menjadi solusi rendahnya tingkat literasi masyarakat, utamanya di masa pandemi.

Hadirnya pandemi, mengakibatkan sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah sehingga dapat menjadi peluang untuk menumbuhkan minat baca. Namun, diperlukan adanya kesadaran dalam diri untuk memulai kebiasaan baru untuk produktif meskipun di rumah saja. Gerakan OMOB dapat menjadi challenge untuk membentuk kebiasaan baru masyarakat dalam meningkatkan wawasan melalui membaca buku. Gerakan ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

  1. Setiap orang memilih satu buku fisik atau digitalyang akan ditamatkan pada bulan tersebut yang selanjutnya ditargetkan untuk dibaca rutin setiap pekan Sebagai contoh, jika target satu buku berisi empat bab, tiap pekannya perlu ditargetkan untuk membaca satu bab.
  2. Untuk memperluas gerakan ini, setiap orang dapat membuat resensi buku yang telah dibacanya di media sosial pribadi, seperti Twitter, Instagram maupun Facebook.

Gerakan OMOB memiliki berbagai manfaat jika diimplementasikan dengan penuh kesadaran. Potensi manfaat dari gerakan ini linier penelitian dari Yale School of Public Health, yang menyatakan bahwa kebiasaan membaca buku setiap hari sangat penting pada masa dewasa karena dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi otak (Yanda, 2017). Selain itu, melalui gerakan ini, orang-orang juga dapat meningkatkan kemampuan public speaking dengan penambahan kosa kata yang dipelajari dari buku bacaaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Keith Stanovich yang menguji manfaat membaca (Vandika, 2019). Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang membaca secara teratur memiliki sekitar 50% lebih banyak kosa kata dan pengetahuan berbasis fakta dibandingkan mereka yang tidak suka membaca.

Dalam merealisasikan gerakan OMOB pada masa pandemi, tentunya ada banyak tantangan dalam gerakan ini. Tantangan yang paling utama adalah rasa malas untuk membuka buku. Terlebih lagi, kondisi saat ini yang serba digital dengan berbagai kemudahan akses informasi, tak jarang membuat orang lebih memilih untuk menghabiskan waktu bermain media sosial daripada membaca buku. Selain itu, di masa pandemi bahan bacaan menjadi terbatas karena sulitnya mengakses perpustakaan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan strategi antisipatif dalam pelaksanaan gerakan OMOB, seperti mengatasi rasa malas dalam membaca dengan menggaet teman diskusi. Teman diskusi menjadi suatu hal yang penting dalam kegiatan literasi karena dapat menjadi pengingat dan penyokong semangat membaca. Melalui teman diskusi ini, setiap pembaca buku dapat menggali dan menginterpretasikan isi buku melalui berbagai perspektif. Selain itu, dalam mengatasi kecanduan media sosial tentunya dengan time management yang baik. Pembuatan time schedule harian akan memudahkan setiap orang untuk mengontrol target bacaannya. Permasalahan keterbatasan bahan bacaan dapat diselesaikan dengan memanfaatkan buku-buku digital. Buku digitalsendiri dapat diakses di beberapa platform digital seperti iJakarta, Ipusnas, atau laman literacy.com.

Gerakan OMOB dapat menjadi sebuah alternatif solusi produktif pada masa pandemi untuk meningkatkan tingkat literasi masyarakat. Tak bisa dipungkiri, terdapat berbagai macam tantangan dalam merealisasikan gerakan ini, seperti kemalasan, penggunaan media sosial berlebihan, dan keterbatasan bahan bacaan. Namun, hambatan tersebut dapat diatasi dengan berbagai alternatif strategi seperti menggaet teman diskusi, time management yang baik, dan pemanfaatan buku digital dari berbagai platform.

REFERENSI

Hutabarat, Sri Ananda. 2020. UNESCO: Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih  Sangat Rendah. Di akses melalui https://menara62.com/unesco-minat-baca masyarakat-indonesia-masih-sangat-rendah/ pada tanggal 27 April 2021

Vandika, Selma. 2019. Tidak Cuma Menyenangkan, Berikut 7 Manfaat Membaca Buku Setiap Hari. Di akses melalui https://www.liputan6.com/health/read/4064612/tidak-cuma menyenangkan-berikut-7-manfaat-membaca-buku-setiap-hari Pada tanggal 10 Juni 2021

Wirayani, Prima. 2018. Bank Dunia Sebut Anak-anak RI Tak Maksimal dapat Pendidikan. Di akses melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20181011092924-4-36924/bank-dunia-sebut-anak-anak-ri-tak-maksimal-dapat-pendidikan Pada tanggal 10 Juni 2021

Yanda, Firda Fitri. 2017. Ingin Hidup Lebih Lama? Rajinlah Membaca Buku!. Di akses dari https://www.tribunnews.com/nasional/2017/06/23/ingin-hidup-lebih-lama-rajinlah-membaca-buku Pada tanggal 5 Mei 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *