Peran Muslim Milenial Sebagai Katalisator Pariwisata Halal Indonsia Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasional

Peran Muslim Milenial Sebagai Katalisator Pariwisata Halal Indonsia Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasional

Penulis : Siti Farika Nurul Awaliah

 

Pariwisata halal menjadi tren baru dalam segmen pariwisata dunia serta bentuk pemenuhan terhadap kebutuhan wisatawan Muslim untuk melakukan pariwisata. Jumlah populasi Muslim dunia sekitar 32 persen dari jumlah total populasi dunia, diperkirakan akan terus mengalami peningkatan kedepannya. Hal tersebut menjadi kesempatan, khususnya sektor pariwisata halal dan sebagai tanda wisatawan Muslim akan terus berkembang dan meningkat (Chookaew, 2015).

Industri pariwisata halal di dunia terus mengalami peningkatan, tak terkecuali di Indonesia yang memiliki populasi muslim yang besar. Di Indonesia sendiri, industri pariwisata halal menjadi salah satu sektor penting untuk meningkatkan perekonomian Negara.Laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 menempatkan Indonesia peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia, mengalahkan 140 negara lainnya. Prestasi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berada pada posisi ke-2 dan Malaysia menempati posisi teratas.

Laporan GMTI yang dirilis di Singapura, 1 Juni 2023 merupakan edisi ke-8 yang diselenggarakan oleh Mastercard-Crescent Rating. Melalui penilaian yang dilakukan berdasarkan empat kategori utama yaitu Akses, Komunikasi, Lingkungan, dan Layanan (ACES), Indonesia dan Malaysia memperoleh skor 73 disusul Arab Saudi 72, UEA 71 dan Turki 70.

Selain meraih peringkat pertama, Indonesia juga mendapatkan award Stakeholder Awarness Campaign of The Year yang diberikan kepada Komite Nasional dan Ekonomi Syariah dan Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI). Selanjutnya pemerintah, melalui Kemenparekraf berharap prestasi ini dapat mengakselerasi target terbukanya lapangan kerja sebanyak 4,4 juta di 2024 dan menarik 8,5 juta wisatawan dari sektor pariwisata halal atau pariwisata ramah muslim global.

Selanjutnya pada tahun 2024, diprediski akan ada 160 juta kedatangan wisatawan muslim. Angka tersebut menyamai level sebelum pandemi covid-19. Menurut lapaoran tersebut, diperkirakan jumlah kedatangan wisatawan muslim pada tahun 2024 yang akan menunjukkan pemulihan dan kembalinya pasar pariwisata muslim. Adapun total pengeluaran belanja pariwisata muslim tembus Rp 3.800 Triliun di tahun ini. Selain hal tersebut, Indonesia memiliki banyak sekali sumber daya alam maupun buatan yang dapat menjadi objek wisata untuk ditawarkan kepada muslim milenial.

Muslim milenial saat ini memiliki populasi yang cukup besar, terlebih lagi bagi Indonesia. Dewasa ini Indonesia dihadapkan dengan penyandang generasi digital native atau generasi pertama yang menggunakan teknologi yang lekat pada generasi muslim milenial, sehingga memberikan pergerseran dan transformasi digital terhadap industri pariwisata halal di Indonesia. Muslim milenial gemar mengunjungi dan memanfaatkan platform pariwisata untuk mendapatkan informasi pariwisata, sehingga pemerintah harus mengakomodir kebutuhan akan informasi wisata halal khususnya. Pergeseran siber turut mempengaruhi industri pariwisata halal di Indonesia, pemerintah serta pelaku usaha industri ini harus menyediakan akses informasi yang memudahkan calon wisatawan untuk menemukan objek-objek wisata halal yang menarik dan potensial untuk dikunjungi oleh muslim milenial (Singh, 2019).

Saat ini Negara-negara lain juga sedang menggarap lahan pariwisata halal, tidak hanya Negara dengan penduduk mayoritas Muslim, melainkan Negara dengan mayoritas non Muslim juga ikut bersaing dalam mengembangkan dan menangkap pasar yang begitu besar dalam industri pariwisata halal. Dalam penelitianya Satriana dan Faridah menyebutkan bahwa, Jepang mempunyai populasi muslim minoritas atau sedikit, namun pemerintah Jepang sangat cakap dalam menangkap potensi pasar wisatawan muslim dengan membentuk Japan Halal Association (JHA) yang konsen mengembangkan pariwisata halal di Jepang. Pemerintah melalui Kementrian Pariwisata Republik Indonesia membidik muslim milenial sebagai pendorong sekligus pasar bagi industri pariwisata halal di Indonesia (Kemenparekraf, 2024).

Muslim milenial diposisikan sebagai Influencer karena muslim milenial cakap dan mampu menarasikan sebuah objek wisata dengan kreativitas hasil petualangan yang didapatkan. Seperti yang kita tau saat ini generasi mileial sangat lekat dengan media sosial dengan jumlah pengikut ribuan bahkan jutaan, hal inilah yang menjadi salah satu potensi muslim milenial supaya dapat membagikan aktivitasnya di objek wisata supaya pengikutnya melihat dan menimbulkan hasrat untuk ingin melakukan hal yang sama juga (Jaelani, 2017).

Muslim milenial saat ini memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam menggunakan internet. Kebutuhan muslim milenial saat ini tidak hanya berkaitan dengan kepemilikan barang-barang tertentu, melainkan memiliki kebutuhan untuk mengunjungi objek wisata tertentu dalam waktu lama. Muslim milenial melakukan perjalanan wisata tidak hanya sekadar liburan, melainkan supaya mendapatkan pengalaman perjalanan wisata dan dapat mengembagkan dirinya. Platform media sosial sangat banyak vitur-vitur yang dapat digunakan untuk membagikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas selama di tempat wisata, seperti swa poto, muslim milenial sangat gemar melakukan foto selfie atau group, kemudian diunggah dalam sosial media mereka dengan tujuan untuk dapat dilihat oleh para pengikutnya. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi pengikutnya untuk mengunjungi objek tersebut juga. Selain swaphoto, muslim milenial saat ini gemar membuat vlog ditempat wisata, vlog tersebut dapat berbentuk hanya sebagai hiburan, untuk melakukan atau penilaian, dan/atau sebagai pusat informasi suatu tempat teretentu (Bakar et.al, 2018).

Tentu hal ini menjadi pasar dan media promosi bagi industri pariwisata halal yang ada di Indonesia, karena muslim melenial saat ini mempunyai kecenderungan untuk mengajak orang lain untuk nelakukan perjalanan secara berkelompok. Hal ini secara tidak langsung menempatkan muslim milenial sebagai endorser, menjadi promoter untuk mendukung promosi pariwisata halal di Indonesia. Dengan besarnya populasi muslim milenial di Indonesia, dengan semua potensi yang dimiliki oleh keduanya, Muslim milenial dan industri pariwisata halal, sinergi semua pelaku usaha wisata, tentu akan menjadi sebuah kekuatan untuk percepatan pengembangan pariwisata halal yang dapat menjadikan Indonesia sebagai pemimpin Industri pariwisata halal di dunia.

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat potensial untuk medorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor ini mendorong perekonomian melalui penerimaan devisa, penerimaan pajak, dan sumbangsih terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan kontribusi sebesar 4,5 persen. Pemerintah pusat maupun daerah dituntut untuk dapat memaksimalkan potensi pariwisata halal yang dimilikinya untuk dapat mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berwisata. Mengingat model ekonomi pariwisata menurut cooper (2005) ada tiga unsur: 1) Konsumen dalam hal ini adalah wisatawan, 2) mata uang yang beredar guna melakukan transaksi, dan 3) adanya barang dan jasa dari sektor ekonomi. Kedatangan wisatawan akan berimplikasi pada pendapatan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara khusus dan untuk daerah maupun Negara secara umum. Minat dan perhatian wisatawan Muslim milenial terhadap kebutuhan pariwisata terus mengalami peningkatan, seiring meningkatnya permintaan pariwisata halal, tentu hal tersebut memberikan transaksi perekonomian di daerah tersebut serta dapat terbukanya peluang kerja atau lapangan pekerjaan jauh lebih banyak (Ajib, 2018).

Tren wisata halal saat ini memiliki potensi mendatangkan wisatawan yang besar, termasuk wisatawan muslim milenial. Pasar wisatawan muslim salah satu pasar yang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cepat. Minat muslim milenial lokal maupun mancanegara terhadap pariwisata halal sangat besar, hal ini memberi kesempatan kepada masyarakat dan pelaku usaha untuk mengembangkan pariwisata halal di daerahnya. Hal yang penting untuk disiapkan adalah kesiapan fasilitas dan produk halal untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan Muslim dalam berpariwisata. Muslim milenial memiliki kecenderungan melakukan wisata alam yang memiliki keuinikan serta dapat memenuhi kebutuhan ibadahnya. Muslim milenial bertipikal gemar mengeluarkan uang pada komunitas lokal untuk menikmati aktivitas wisatanya. Tentu hal tersebut membuat kegiatan perputaran uang dilokasi atau diobjek wisata yang dikelola oleh pelaku usaha lokal sehingga memberikan pengahasilan untuk meningkatkan perekonomian warga setempat ataupun pelaku industri pariwisata halal.

Perlu diketahui bahwa muslim milenial gemar membelanjakan sejumlah uang terhadap apa disenangi nya. Sehingga bagi pelaku usaha penyedia jasa tiket pesawat, maskapai penerbangan, hingga jasa penyedia hotel dan penjual-penjual makanan serta souvenir akan mendapatkan efek peningkatan pemasukan dari besarnya potensi muslim milenial dalam melakukan perjalanan wisata. Muslim milenial ada yang bertipikal melakukan perjalanan secara backpacker dengan biaya yang terbatas, ada juga yang melalui biro perjalanan atau mandiri dengan biaya yang berlebih, tentu kedua tipikal tersebut dapat mendatangkan perputaran uang untuk meningkatkan perekonomian pelaku usaha wisata halal.

Beberapa tahun kebelakang, pemerintah telah membuat terobosan dan kerjasama dengan beberapa lembaga untuk mendorong peningkatan pariwisata halal di Indonesia. Guna memaksimalkan potensi pariwisata halal dan mendatang wisatawan sebanyak mungkin. Pemerintah serta masyarakat harus bersama-sama memberikan layanan dan fasilitas terbaik pada wisatawan lokal maupun mancanegara. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengembangkan sektor pariwisata halal, didukung dengan penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam, panorama keindahan alam serta budaya yang beraneka ragam, membuat pariwisata halal di Indonesia mempunyai peluang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa Indonesia karena setiap aktivitas muslim milenial ditempat wsiata dapat dijadikan lading penghasil pundi-pundi rupiah yang berdampak pada peningkatan perekonomian yang bermuara pada kesejahteraan penduduk.

Indonesia memiliki penduduk mayoritas Muslim, hal ini menjadi peluang sangat besar untuk mengembangkan pariwisata halal di Indonesia supaya wisatawan lokal maupun mancanegara terus meningkat. selain memiliki peluang, indonesia juga memiliki tantangan. Salah satu tantangan pariwisata halal Indonesia yakni belum sepenuhnya masyarakat sadar mengenai industri pariwisata halal, hal ini karena masyarakat menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di Indonesia sudah termasuk dalam kategori halal. Seiring berkembangnya teknologi, industri era pariwisata 4,0. Hal ini terjadi karena adanya transformasi digital di sektor pariwisata. Pariwisata halal menggunakan teknologi untuk memberikan informasi mengenai sebuah daerah atau daya tarik tertentu supaya calon wisatawan datang dan menikmati daerah atau daya tarik tersebut. Selain mempunyai teknologi yang mumpuni, pergeseran budaya siber, keberadaan Muslim milenial memberikan aura positif pada perkembangan pariwisata hala di Indonesia.

Muslim milenial saat ini begitu lekat dengan teknologi, khusus platform digital. Generasi ini mempunyai ciri dan karakter yang khas dan berbeda. Generasi ini menyukai kebebasan, senang melakukan personalisasi, mengandalkan kecepatan informasi, suka belajar dan bekerja dengan lingkungan inovatif, aktif berkolaborasi dan hypertechnology. Kebiasaan menggunakan media sosial pada diri Muslim milenial, dapat menjadi alat untuk mempromosikan dan memasarkan potensi destinasi pariwisata halal. Muslim milenial gemar melakukan aktivitas swafoto kemudian mengunggah ke media sosialnya atau dalam perangkat elektronik lain. Hal tersebut secara tidak langsung menjadi media promosi, hanya perlu dikola dengan professional dan terukur. Sebagai umat Muslim, Muslim milenial memiliki peran penting dalam membumikan pariwisata halal. Peran-peran yang dilakukan Muslim milenial dapat dilakukan sepeti melakukan aktivitas kegiatan digital marketing, kegiatan tersebut meliputi promosi dan pemasaran melalui website, sosial media, online advertising, email direct marketing, forum discussion, dan mobile application.

Pariwisata halal saat ini menjadi tren dalam industri pariwisata, sehingga perkembangan serta pertumbuhan pariwisata halal Indonesia sangat pesat. Sektor pariwisata halal menjadi salah satu sektor yang memiliki andil cukup besar untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, mengingat bangsa Indonesia mempunyai destinasi yang berpotensi dan jumlah penduduk mayoritas Muslim serta meningkatnya kesadaran terhadap poduk halal (halal lifestyle) bagi wisatawan Muslim. Pergeseran tren halal dan siber tidak lepas dari wisatawan Muslim milenial sehingga sektor pariwisata halal terus meningkat. Muslim milenial memiliki ke-khasan dengan teknologi yang sangat lekat pada diri Muslim milenial. Hal ini membuat Muslim milenial menjadi influencer tourism serta endorser atau promoter untuk mengenalkan pariwisata halal keseluruh wisatawan lokal maupun mancanegara. Muslim milenial memiliki kontribusi yang cukup besar, tetapi masih belum optimal guna mendukung perkembangan pariwisata halal Indonesia. Muslim milenial dengan seluruh potensi dan keuinikannya dapat menjadi katalisator sekaligus pasar bagi industri pariwisata halal Indonesia. Mengingat kebiasaan mencari dan berbagi mengenai objek wisata dan fasilitasnya melalui platform dan vitur yang berbasis online, hal ini memudahkan untuk saling berbagi informasi dengan cepat atas apa yang dirasakan ketika melakukan perjalanan wisata kepada orang-orang secara cepat juga.

Tipikal muslim milenial tidak hanya sekedar liburan, tetapi juga mengharapkan mendapat suatu pengalaman untuk hidupnya sehingga rela menghabiskan waktu dan biaya untuk melakukan perjalanan wisata. Sehingga bagi pelaku industri dan warga setempat harus dapat memenuhi atraksi yang menarik, kebutuhan akomodasi dan fasilitas ibadah untuk menarik populasi muslim milenial yang begitu besar untuk dapat berwisata dan mendapatkan kesan positif. Tentu hal ini dapat mendorong aktivitas dan perputaran perekenomian pelaku usaha dan penduduk setempat. Melalui dukungan populasi yang besar dan mahirnya dalam menggunakan internet, muslim milenial dapat mengenalkan pariwisata halal Indonesia ke dunia dan membawa industri pariwisata halal Indonesia menjadi kiblat pariwisata halal dunia.

 

Referensi:

Arifin, Johar. 2015. “Wawasan Al-Quran dan Sunnah Tentang Pariwisata”. dalam Jurnal An-Nur. Vol. 4. No. 2. Arsiyah, Heru Ribawanto dan Sumartono. 2009. “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri Kecil Krupuk Ikan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo)”. Jurnal Wacana. Vol. 12. No. 2.

Alim, Haidar Tsany, dkk. 2015. “Analisis Potensi Pariwisata Syariah dengan Mengoptimalkan Industri Kreatif di Jawa Tengah dan Yogyakarta”. Artikel. dikutip dari http://eprints.undip.ac.id/45828/1/Artikel.pdf.

Amin, Ma’ruf. 2011. Fatwa dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: Elsas.

Andriani, Dini, dkk. 2015. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah., Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

Chookaew, Sureerat, et all. 2015. “Increasing Halal Tourism Potential at Andaman Gulf in Thailand for Muslim Country”. dalam Journal of Economics, Business and Management. Vol. 3. No. 7.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *