Peran Zakat dalam Mendukung Sustainable Development Goals

Peran Zakat dalam Mendukung Sustainable Development Goals

Penulis : Valentina Azzahro (KSEI FEBI UIN SAIZU Purwokerto)

 

Dalam agama Islam, zakat tidak hanya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai kewajiban sosial untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi serta mendukung kesejahteraan umat manusia. Karena hal tersebut berkaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs) tentang penghapusan kemiskinan. Zakat memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian SDGs. Melalui redistribusi kekayaan kepada yang membutuhkan, zakat mampu memberikan bantuan langsung kepada individu-individu yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan memenuhi kebutuhan pokoknya secara lebih merata.

Selain itu, zakat juga berpotensi besar dalam mendukung SDGs tentang pengentasan kelaparan. Dana zakat dapat dialokasikan untuk program-program pangan dengan memastikan akses masyarakat yang kurang mampu terhadap makanan yang cukup dan bergizi. Maka zakat dapat membantu mencegah kelaparan dan malnutrisi. Penggunaan zakat yang tepat juga dapat mendukung pencapaian SDGs tentang pendidikan berkualitas. Zakat dapat digunakan untuk membiayai program-program pendidikan bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, termasuk bantuan biaya sekolah, pembelian buku, dan penyediaan fasilitas pendidikan. Hal ini memastikan semua anak bisa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tanpa terkendala oleh faktor ekonomi.

Pada kasus yang terjadi di Kabupaten Majalengka, terdapat perbedaan nilai BI-WAS di tiga desa yang menjadi fokus kajian (Gustani & Marina, 2021). Desa Jatitujuh dan Desa Majasari menunjukkan bahwa nilai BI-WAS dalam rentang 61-80, dengan masing-masing nilai 74% dan 73%, menandakan kondisi desa yang ideal dengan kesadaran masyarakat dan satitasi yang  baik. Namun, meskipun keberadaan program lembaga zakat kurang dibutuhkan, observasi merekomendasikan adanya program pendampingan air bersih dan sanitasi untuk tetap diadakan di kedua desa tersebut.

Sementara itu, Desa Ligung memiliki nilai BI-WAS dalam rentang 81-100 dengan nilai 84%, mencerminkan kondisi yang sangat ideal dengan kesadaran masyarakat dan sanitasi yang sangat baik. Dalam konteks ini, keberadaan program BAZNAS tidak dibutuhkan. Meskipun demikian, rekomendasi dari observasi menunjukkan pentingnya tetap menjaga dan meningkatkan kualitas sanitasi dan ketersediaan air bersih.

Meskipun Desa Ligung memiliki kondisi sanitasi yang sangat baik, hal ini tidak meniadakan pentingnya tetap menjaga dan meningkatkan kualitas sanitasi serta ketersediaan air bersih. Meskipun program Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tidak dibutuhkan dalam konteks ini karena kondisi yang sudah baik, upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas sanitasi serta ketersediaan air bersih tetaplah penting. Ini penting untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan tetap terjaga dan tidak menurun, serta untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah baru di masa mendatang. Dengan mengaitkan hasil penelitian tersebut dengan potensi zakat dalam mendukung pencapaian SDGs, terlihat bahwa zakat dapat menjadi instrumen penting dalam upaya menciptakan keadilan sosial dan pembangunan yang berkelanjutan. Meskipun desa-desa seperti Jatitujuh, Majasari, dan Ligung menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat dan kondisi sanitasi yang baik, penggunaan zakat yang efektif dan efisien masih diperlukan untuk memastikan distribusi sumber daya yang lebih merata.

Meskipun zakat memiliki potensi besar dalam mendukung SDGs, namun masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti kurangnya koordinasi antara lembaga-lembaga zakat, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat, dan kebutuhan akan transparansi dalam pengelolaan dana zakat. Tetapi,   dengan mengidentifikasi tantangan ini, kita juga membuka peluang untuk meningkatkan efektivitas dan dampak positif zakat dalam mencapai SDGs.

Dengan demikian, zakat dalam Islam memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian SDGs dengan mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, mendukung kesejahteraan umat manusia, serta memastikan distribusi sumber daya yang lebih merata. Meskipun desa-desa seperti Jatitujuh, Majasari, dan Ligung menunjukkan kesadaran masyarakat dan kondisi sanitasi yang baik, penggunaan zakat yang efektif dan efisien tetap diperlukan. Tantangan seperti kurangnya koordinasi antara lembaga zakat, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat, dan kebutuhan akan transparansi dalam pengelolaan dana zakat masih perlu diatasi. Namun, dengan mengidentifikasi tantangan ini, kita juga membuka peluang untuk meningkatkan efektivitas dan dampak positif zakat dalam mencapai SDGs. Dengan demikian, zakat tetap menjadi instrumen vital dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan, serta berkeadilan bagi semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *