EVALUASI PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2022
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun memperlihatkan kondisi yang tidak dinamis, hal tersebut dikarenakan ada beberapa determinan perekonomian yang memiliki permasalahan berbeda setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-I 2022. Margo Yuwono selaku kepala BPS memberi laporan terkait Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga berlaku pada triwulan-I sebesar Rp4.531 triliun. Lebih dari itu, dibandingkan dengan triwulan-I (year-on-year) tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% di tahun 2022.
Menilik dari grafik di atas, pertumbuhan PDB tahun 2022 sebesar 5.01% belum mencapai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5.2%. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan dalam Konferensi Pers INDEF bahwa nilai 5% PDB sudah baik, tetapi upaya untuk bisa memperbaiki kualitas sangat penting dengan harapan pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi dan sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan oleh pemerintah. Pertumbuhan tersebut tidak sesuai dengan proyeksi dari mentri keuangan yang optimis akan mencapai nilai 4,8% yoy hingga 5,5% yoy (KONTAN.CO.ID, 2022). Selanjutnya, dapat dilihat pertumbuhan PDB dari 2 sumber yaitu sumber lapangan usaha dan pengeluaran negara.
Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Triwulan-I (yoy)
Sumber: BPS, olahan penulis (2022)
Grafik di atas menggambarkan penurunan yang signifikan pada kontribusi belanja pemerintah terhadap PDB yang mencapai -7.74. Dilihat dari indeks harga konstan dengan tahun 2021 triwulan-I sebesar Rp163.983 miliar turun menjadi Rp150.983 miliar di tahun 2022 triwulan-I. Menurut rilis pemerintah oleh kementrian keuangan, pendapatan pemerintah di tahun 2022 triwulan-I meningkat dari Rp379.4 triliun menjadi Rp501 triliun. Tetapi, belanja negaranya menurun dari Rp523 triliun menjadi Rp490.6 triliun. Eko Listiyanto mengatakan apabila belanja mengikuti tren pendapatannya, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melebihi 5%. Hal tersebut terjadi karena anggaran belanja di beberapa kementerian berkurang.
Selain itu, perekonomian triwulan-I ditopang oleh sektor ekspor (16.22%) yang didorong oleh angin jatuhdari peningkatan harga-harga komoditas dan impor (15.03%) yang tumbuhnya sangat signifikan. Konsumsi rumah tangga mencatat nilai 4.34% yang didorong oleh mobilitas masyarakat dan konsumsi pada sektor tersier. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2022 tidak lepas dari rendahnya nilai konsumsi rumah tangga triwulan-I tahun 2021 yang terkontraksi hingga -2.21% yoy. Laju konsumsi yang positif, tidak lepas dari kenaikan harga-harga bahan pokok. Terakhir, adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4.09% akibat dari peningkatan penjualan semen dan kendaraan untuk barang modal (BISNIS.COM, 2022). Namun, di tengah pemulihan ekonomi nasional yang sudah hampir membaik, kinerja investasi masih belum bisa dikatakan membaik karena pada tahun 2019 PMTB triwulan-I bisa mencapai 5.03% yoy mengimbangi pertumbuhan ekonomi pada saat itu.
Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I (yoy)
Grafik di atas memaparkan beberapa series pertumbuhan lapangan usaha pendorong utama ekonomi (yoy) yang memiliki nilai diatas 5%. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap perekonomian dimana nilainya tumbuh sampai dua digit. Setijadi selaku Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan dipacu oleh pertumbuhan ekspor (16.22% ) dan impor (15.03%) (BisnisNews, 2022). Kemudian, kepala BPS Margo Yuwono juga mengatakan jika mobilitas sudah sangat bagus, sehingga memperlihatkan peningkatan yang signifikan yang kemudian berpengaruh terhadap kegiatan produksi, konsumsi dan investasi (CNBC Indonesia, 2022). Salah sau faktor yang mendorong mobilitas ialah pelonggaran restriksi PSBB covid-19 yang mana masyarakat Indonesia sudah boleh melakukan perjalanan antar kota maupun luar kota, dan kemudian aktivitas ekspor impor juga sudah berjalan seperti biasanya.
Lonjakan Inflasi Triwulan-I
Pada big data yang di publikasikan oleh BPS, inflasi dikelompokan menjadi 2 yaitu inflasi menurut kelompok komponen dan inflasi menurut kelompok pengeluaran.
Komponen | IHK Maret 2021 | IHK Desember 2021 | IHK Maret 2022 | Tingkat Inflasi Maret 2022 (%) | Tingkat Inflasi Tahun Kalender 2022 (%) | Tingkat Inflasi year-on-year | Andil Inflasi Maret 2022 (%) |
Umum | 106.15 | 107.66 | 108.95 | 0.66 | 1.20 | 2.64 | 0.66 |
Inti | 106.19 | 107.60 | 108.71 | 0.30 | 1.03 | 2.37 | 0.20 |
Harga Diatur Pemerintah | 103.54 | 105.35 | 106.71 | 0.73 | 1.29 | 3.06 | 0.13 |
Bergejolak | 108.85 | 110.44 | 112.39 | 1.99 | 1.77 | 3.25 | 0.33 |
Energi | 99.91 | 100.24 | 102.00 | 0.84 | 1.76 | 2.09 | 0.08 |
Bahan Makanan | 108.83 | 110.52 | 112.48 | 1.87 | 1.77 | 3.35 | 0.34 |
Pada tabel diatas memperlihatkan adanya peningkatan IHK bulan maret 2021 untuk semua komponen di IHK bulan maret 2022. Andil terbesar komponen terhadap peningkatan inflasi adalah komponen bahan makanan sebesar 0.34%. Hal tersebut terlihat jelas bahwa pada pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-I andil paling besar adalah konsumsi rumah tangga. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2022 tercatat inflasi sebesar 0.66% month-to-month. Jika menilik secara tahunan inflasi pada maret 2022 tercatat 2.64% (yoy), inflasi tersebut lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang hanya tercatat 2.06% (yoy). Walaupun permintaan domestik mengalami tren meningkat, inflasi inti masih tetap terjaga karena didukung oleh stabilitas nilai tukar dan kebijakan Bank Indonesia yang konsisten dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I
Beberapa kebijakan pemerintah dalam hal ini memiliki kualitas yang cukup baik bagi pertumbuhan ekonomi di triwulan-I ini. Kenaikan harga BBM dan minyak bumi tidak banyak berkontribusi dalam hal naiknya inflasi di Indonesia pada bulan maret 2022, hal ini terbukti dengan terjaganya inflasi dan tingkat IHK maret 2022 yang tercatat hanya 0.66%. Begitupun dengan adanya kenaikan harga-harga domestik, konsumsi rumah tangga justru berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan-I walaupun nilainya yang belum cukup tinggi.
Pemulihan ekonomi dalam perihal efektifnya kebijakan, moneter juga memiliki kebijakan dalam mendukung pemulihan perekonomian dan menjaga stabilitas dengan terus mengoptimalkan strategi baruan kebijakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sebagai berikut (Bank Indonesia, 2022):
1. Memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi;
2. Melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan: (a) rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%; (b) Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94%; serta (c) rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%;
3. Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman asesmen pada perkembangan sumber pendapatan operasional perbankan.
4. Memastikan kecukupan kebutuhan uang, distribusi uang, dan layanan kas, serta kesiapan penyelenggaraan BI-FAST selama periode bulan Ramadan serta Hari Raya Idulfitri 1443H;
5. Meningkatkan batas nilai yang dapat disimpan pada uang elektronik registered dari Rp10 juta menjadi Rp20 juta dan batas nilai transaksi bulanan dari Rp20 juta per bulan menjadi Rp40 juta per bulan, berlaku sejak tanggal 1 Juli 2022;
6. Memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait, serta bersama Kementerian Keuangan menyukseskan 6 (enam) agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.
Lebih dari itu, ada rencana pemerintah untuk menaikan tarif dasar listrik (TDL) yang berpotensi dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Rizal Taufikurahman selaku ekonom INDEF mengatakan jika kebijakan penyesuaian TDL harus sudah tepat karena naiknya TDL akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dalam mendukung statement tersebut, pada tahun 2013 kenaikan TDL mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan (SOLOPOS.com, 2022).
FENOMENA EKONOMI PADA MASA LEBARAN DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II 2022
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, menyatakan bahwa Kementerian Keuangan masih akan terus mengkaji terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2022 ini. Pasalnya, masih terdapat berbagai faktor musiman yang memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi seperti fenomena ekonomi di masa Ramadan dan Lebaran 1443H. Hal ini sebagaimana yang dilansir dari Liputan6.com, Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyatakan bahwa Lebaran merupakan faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2022.
Berbagai fenomena ekonomi yang terjadi pada masa Ramadan dan Lebaran bukan menjadi suatu hal yang baru, salah satunya ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan konsumsi rumah tangga. Menurut Bhima Yudhistira, peningkatan konsumsi rumah tangga di masa Lebaran juga disebabkan oleh dorongan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pekerja swasta yang harus dibayarkan secara penuh, sehingga adanya momen lebaran berkontribusi besar terhadap tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian secara makro. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan konsumsi masyarakat akan kebutuhan pokok seperti sektor makanan dan minuman. Rata-rata rumah tangga menghabiskan lebih dari 20% pengeluarannya untuk kebutuhan fashion dan makanan serta minuman (Dana Reksa Institute, 2022). Adanya peningkatan permintaan dari masyarakat dengan total penawaran yang relatif tetap cenderung berdampak pada naiknya tingkat harga di tengah masyarakat itu sendiri. Secara keseluruhan, sebagian besar rumah tangga mengalokasikan 1-3 juta untuk belanja di masa Ramadan dan Idul Fitri. Jumlah ini cenderung sama dengan atau meningkat sebesar 10-25% dibandingkan dengan tahun lalu (Dana Reksa Institute, 2022).
Fenomena ekonomi lainnya yang terjadi pada masa Ramadan maupun lebaran yaitu meningkatnya berbagai harga komoditas, terutama bahan pokok, yang kemudian menyebabkan inflasi musiman. Selama bulan Ramadhan, komponen inflasi yang mengalami peningkatan adalah produk volatile food atau kelompok makanan (Surya, 2019). Berdasarkan data dari (BPS, 2022), inflasi pada bulan April 2022 tercatat sebesar 0,95% month-to-month yang meningkat sebesar 0,29% dibandingkan inflasi bulan sebelumnya. Data BPS juga menunjukkan bahwa andil sektor makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,46% dengan total inflasi pada sektor tersebut sebesar 1,76%. Inflasi akhir April hingga Mei 2022 juga dipengaruhi oleh pelonggaran aturan PPKM dan perjalanan pulang-pergi saat Idul Fitri. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat lebih banyak melakukan konsumsi serta meningkatkan daya beli. Dari 90 kota IHK yang ada di Indonesia, dapat dikatakan bahwa seluruh kota telah mengalami inflasi pada bulan April 2022, dengan kisaran 0,22% – 2,58% month-to-month (LPEM FEB UI, 2022). Potensi inflasi musiman karena adanya fenomena Ramadan dan Lebaran ini perlu menjadi perhatian, terutama karena terjadi peningkatan harga pada berbagai bahan pokok seperti makanan dan minyak goreng.
Selain naiknya tingkat harga dan terjadinya inflasi musiman, keramaian Idul Fitri yang dimeriahkan dengan kebiasaan mudik juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, mobilitas masyarakat dalam memeriahkan mudik lebaran sangat terbatas. Mudik lebaran meningkatkan demand terhadap sektor transportasi. Hal ini ditunjukkan dengan inflasi sektoral yang menunjukkan inflasi month-to-month terbesar terjadi pada sektor Transportasi sebesar 2,42% (BPS, 2022). Peningkatan mobilitas karena adanya pelonggaran aturan PPKM juga mendorong masyarakat untuk lebih banyak melakukan konsumsi. Hal ini akan mempercepat redistribusi dan peredaran uang ke daerah hingga mencapai 75% menurut Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Imigrasi (BBC Indonesia, 2022). Selain itu, fenomena mudik lebaran juga berpotensi meningkatkan pendapatan daerah pada sektor pariwisata karena mendorong permintaan pada berbagai sektor seperti transportasi, makanan dan minuman, hingga perhotelan.
Berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022, Fauziyah Rizki Yuniarti selaku Kepala Center of Sharia Economics INDEF menyatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 tidak terlepas dari pelonggaran kebijakan pemerintah dalam merespon pandemi Covid-19, seperti diperbolehkannya melepas masker di kawasan outdoor. Fauziyah juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kian membaik juga dapat dilihat dari mobilitas ekonomi dan tingkat pengangguran yang mulai pulih, serta konsumsi listrik perusahaan yang meningkat. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2022 diperkirakan berkisar pada 5% dan tidak akan mencapai hingga 7% sebagaimana yang terjadi pada triwulan II 2021. Namun demikian, hal ini tentu jauh lebih baik dibandingkan dengan triwulan II tahun 2020 lalu, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu berada di posisi terendah yaitu anjlok menjadi -5,32% akibat pandemi Covid-19 (BPS, 2020).
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis yang telah dijabarkan, penulis menyarankan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
- Pemerintah perlu memperbaiki kualitas belanjanya. Hal ini dikarenakan sektor konsumsi pemerintah dinilai ‘macet’ dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi. Jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2021 lalu, pendapatan negara pada triwulan II 2022 mengalami peningkatan, namun penyerapannya justru lebih rendah dibandingkan dengan realisasi APBN triwulan II 2021 lalu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, peningkatan kualitas belanja dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas (value for money) serta meningkatkan monitoring dan evaluasi serta pengawasan internal.
- Tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2022 masih terbilang rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Salah satu penyebabnya yaitu karena adanya lonjakan inflasi dan pertumbuhan tingkat upah yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi. Sehingga pemerintah perlu menjaga tingkat inflasi yang saat ini tengah mencapai hingga 3,47% yoy (April 2022 terhadap April 2021), mengingat tingkat inflasi ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi yang ditargetkan dalam RAPBN yaitu sebesar 3%.
- Pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga stabilitas harga makanan pokok. Hal ini dikarenakan berbagai harga komoditas pokok telah mengalami peningkatan di masa Lebaran ini serta adanya kebijakan kenaikan PPN pada awal April 2022 lalu. Selain itu, kebijakan kenaikan harga berbagai komoditas yang dilakukan secara bersamaan berpotensi menyebabkan inflasi sehingga mengerus kualitas pertumbuhan ekonomi dan menekan pertumbuhan ekonomi di bawah 5%.
- Berbagai kenaikan harga seperti BBM, listrik, dan gas akan memiliki efek domino terhadap harga bahan baku lokal dan efisiensi perusahaan. Keadaan ini juga akan menyebabkan cost-push inflation dan menurunkan demand karena adanya kenaikan harga jual. Sehingga pemerintah perlu untuk mempertimbangkan ulang berbagai kebijakan terkait kenaikan harga, demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi seiring dengan kondisi pandemi yang semakin terkendali.
- Memberikan dukungan kepada pelaku UMKM dalam rangka mengakselerasi pemulihan ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor UMKM yang berkontribusi sebesar 60% terhadap PDB merupakan pelaku usaha yang sangat rentan dan paling merasakan dampak negatif dari adanya pandemi Covid-19. Pada tatanan ekonomi syariah, lembaga keuangan syariah dapat meningkatkan alokasi pembiayaan kepada sektor UMKM. Sebagaimana naluri lembaga keuangan syariah memiliki fungsi sosial dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2022. BERITA RESMI STATISTIK, Jakarta: BPS.
BBC Indonesia, 2022. Mudik Lebaran: Kebangkitan pelaku UMKM di daerah ‘Dulu tutup, sekarang habis 19 kg daging sehari’, tapi tripel inflasi mengancam. [Online] Available at: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-61297892
Dendi Siswanto, 2022. Nasional Kontan. [Online] Available at: https://nasional.kontan.co.id/news/sri-mulyani-optimistis-pertumbuhan-ekonomi-di-kuartal-ii-2022-sesuai-ekspektasi
Maulandy Rizky Bayu Kencana, 2022. LIPUTAN6. [Online] Available at: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4956656/mudik-lebaran-2022-bakal-dongkrak-pertumbuhan-ekonomi-sampai-5-persen
Surya, P. A., 2019. Detiknews. [Online] Available at: https://news.detik.com/kolom/d-4547272/inflasi-musiman-bulan-ramadhan
Kementerian Keuangan, 2021. Komisi XI dan Menkeu Sepakat Target Pertumbuhan Ekonomi 2022 5,2 – 5,5%. Kementerian Keuangan RI. [Online] Available at: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/komisi-xi-dan-menkeu-sepakat-target-pertumbuhan-ekonomi-2022-5-2-5-5/
Kementerian Keuangan, 2022. Peningkatan Kualitas Belanja Mampu Mengungkit Perekonomian Secara Efektif. Kementerian Keuangan RI. [Online] Available at: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/peningkatan-kualitas-belanja-mampu-mengungkit-perekonomian-secara-efektif/
INDEF, 2022. Konferensi Pers “Evaluasi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2022: Jaga Momentum, Perbaiki Kualitas”. INDEF. [Online] Available at: https://indef.or.id/update/detail/konferensi-pers-evaluasi-pertumbuhan-ekonomi-triwulan-i-2022-jaga-momentum-perbaiki-kualitas
LPEM FEB UI, 2022. SERI ANALISIS EKONOMI: Inflasi Bulanan, Mei 2022. Economics Brief, 12 Mei, pp. 1-4.
Dana Reksa Institute, 2022. Sentimen Kenaikan Harga dan Konsumsi Masyarakat Selama Ramadhan dan Idul Fitri. DRI’s Pulse Check, 18 Mei, pp. 1-37.
Helmi. 2022. Hebat, Sektor Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tumbuh 15,79 Persen. https://bisnisnews.id/detail/berita/hebat-sektor-transportasi-dan-pergudangan-di-indonesia-tumbuh-1579-persen. [Accessed 19 Mei 2022].
Julita, Lidya. 2022. Indonesia Bangkit! Ekonomi Tumbuh 5,01% Kuartal I-2022. https://www.cnbcindonesia.com/investment/20220509101517-21-337359/indonesia-bangkit-ekonomi-tumbuh-501-kuartal-i-2022. [Accessed 19 Mei 2022].
Elena, Maria. 2022. Mesin-Mesin Pertumbuhan Pulih, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,01 Persen di Kuartal I/2022. https://ekonomi.bisnis.com/read/20220509/9/1531054/mesin-mesin-pertumbuhan-pulih-ekonomi-indonesia-tumbuh-501-persen-di-kuartal-i2022. [Accessed 19 Mei 2022].
Pratama, Wibi Pangestu. 2022. Awas, Kenaikan TDL Bisa Pengaruhi Pemulihan Ekonomi. https://www.solopos.com/awas-kenaikan-tdl-bisa-pengaruhi-pemulihan-ekonomi-1314496. [Accessed 20 Mei 2022].