Resensi Buku Notes From Qatar 3 : Dream, Do, Deliver

Resensi Buku Notes From Qatar 3 : Dream, Do, Deliver

Oleh Muhammad Assad

Judul Buku                  : Notes From Qatar 3 (Dream, Do, Deliver)

Penulis                         : Muhammad Assad, MSc

Penerbit                       : Elex Media Komputindo

Editor                          : Chandra

Tahun Terbit                : 2014

Jumlah Halaman          : 231 Halaman

Harga                          : Rp. 79.800

Isi Resensi

Muhammad Assad lahir di Jakarta, 16 Januari 1987. Lulus S1 program Business Information Systems dengan mendapat predikat First-class student honours dari University of Technology Petronas, Malaysia. Assad Mendapat beasiswa penuh dari Petronas saat studi S1 dan menerima 3 penghargaan saat kelulusan : Rector’s Gold Award, The Best International Student Award, dan Chancellor Award, Penghargaan tertinggi dari universitas untuk mahasiswaterbaik di Malaysia yang diberikan lansung oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad. Saat ini Assad aktif sebagai entrepreneur, menjadi CEO Rayyan Capital, perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan pengelola keuangan dengan portofolio bisnis di bidang renewable energy, food & beverages, yang fokus membuat program-program edukatif dan inspiratif bagi anak muda.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari buku Notes From Qatar 3 ini. Sebagai contoh adalah 10 Reasons why people fail dan Adversity Quotient (AQ). Assad menjelakan bahwa banyak sekali alasan mengapa orang itu termasuk gagal. Salah satu alasan mengapa orang-orang itu gagal adalah karena ia kurang bersedekah. Banyak sekali orang menyangka bahwa bersedekah adalah hal yang sia-sia. Hal tersebut tentunya salah. Kita harus membedakan antara pembelajaran ekonominya Allah dengan ekonomi konvensional. Dalam berbagai segala situasi yang dapat menjatuhkan kita, kita harus tetap memegang kendali emosi kita dan jangan pernah emosi yang mengendalikan kita. Itulah orang-orang yang memiliki Adversity Quotient (AQ). AQ (Adversity Quotient) adalah kecerdasan yang diperoleh seseorang setelah mengalami kesusahan atau semacam krisis tersebut dan menganggap bahwa setiap ujian dan kesusahan yang ia alami merupakan sebuah kesempatan untuk ia dapatkan kedepannya .

Assad juga memberitahu kita bagaimana pentingnya bersedekah. Dalam beberapa bab, ia menjelaskan tentang bagaimana sedekah itu membuat kita menjadi lebih kaya. Loh, bagaimana bisa? Ya bisa ajalaaah!! Bahkan Allah telah menjanjikan itu dalam firman-Nya “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran).” (QS Al-baqarah/2 : 261). Jadi itu adalah sekitar 700x lipat. Wow! Gak percaya? nih saya kasih contoh. Sang penulis sendiri, Muhammad Assad telah membuktikannya. Pada suatu hari ia mendapatkan undangan makan siang dengan pak JK dan rombongan. Seperti biasa ia selalu memasukkan uang QR 20 atau kalau di rupiahkan sekitar Rp 50 ribu ke kotak sedekah yang ia sediakan di dekat pintu apartemen. Betapa beruntungnya ia karena Allah membalasnya dengan tiga keberkahan sekaligus, yaitu belajar kepemimpinan ala JK, peluang bisnis, bahkan sampai ditraktir beli jas sama bang Rachmat Gobel. Sesaat setelah keluar dari tokoh, Assad kaget karena harga jasnya QR 4.200 atau setara dengan Rp 15 juta. Coba bayangin dari 50 ribu bisa jadi 15 juta, itu kan berapa ratus kali lipatnya. Bisa benar-benar kaya kita kalau jas itu di uangkan.

Selanjutnya saya akan membahas bab yang saya paling suka, yaitu 10 Reason Why People Fail. Bab ini membuat saya sadar bahwa banyak hal yang sudah saya sia-siakan, mulai dari waktu, optimisme, sampai pada tingkat kemalasan yang membuat saya terlalu cuek dan menganggap semuanya gampang, hanya ingin hasil yang instan. Dan ternyata itulah yang membuat saya gagal! Sukses itu butuh proses, gak ada yang instan. Tapi ingat, kegagalan harus dijadikan sebagai pelajaran, bahkan sebagai peluang dan kesempatan seperti yang sudah saya tulis dibagian atas. Dan saya mengutip dari tulisannya Assad “fall seven times, stand up eight!”. Gak ada ruginya gagal terus selama kita masih mau bangkit untuk memperbaikinya

Kelebihan :

  1. Gaya bahasa ringan, santai dan pembahasan yang praktis serta mudah dipahami sehingga bisa dibaca oleh semua kalangan, tua maupun muda.
  2. penulis selalu menyisipkan ayat-ayat Al-Quran atau hadits dalam setiap tulisannya dan dihubungkan dengan berbagai topik termasuk pengalaman.
  3. penulis menyertakan beberapa informasi tentang Qatar, sehingga selain mengetahui kisah-kisah sedekah yang luar biasa, pembaca juga di suguhkan pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah Qatar.

Kekurangan:

  1. Terlalu banyak gambar.
  2. Menjelaskan tentang situasi yang dialaminya tidak terlalu rinci.

Penutup :

Notes from Qatar 3 merupakan buku yang sangat bermanfaat untuk kita agar selalu bersemangat dan tidak mudah putus asa karena kesuksesan tidak mungkin didapatkan secara instan. Notes From Qatar menargetkan kalangan pembaca usia muda (17-30 tahun), ditulis dengan gaya bahasa yang santai, pembahasan yang mudah dipahami dan tidak berusaha untuk menggurui. Namun, ingin mengajak semua yang membacanya juga ikut berpikir dan mendiskusikannya bersama. Sampai sekarang, setiap hari Jumat penulis terus menulis di blog Notes From Qatar, sehingga judul dari berbagai topik bisa terus bertambah, jika memang diperlukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *