Transformasi Ekonomi Hijau dalam Bonus Demografi: Langkah Masa Depan untuk Keseimbangan Lingkungan dan Pertumbuhan Populasi

Transformasi Ekonomi Hijau dalam Bonus Demografi: Langkah Masa Depan untuk Keseimbangan Lingkungan dan Pertumbuhan Populasi

Fakta menarik dari data BAPPENAS bahwa Pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Melansir data dari BKKBN (2018) menyiarkan adanya bonus demografi di Indonesia disebabkan oleh faktor keberhasilan program Keluarga Berencana (KB).

Agar dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan.  Sustainability goals menjadi salah satu hal krusial bagi setiap negara dan masyarakat Dunia.

Bonus demografi selain dapat menjadi peluang, juga dapat menjadi ancaman baik bagi perekonomian dan bagi lingkungan. Isu terbaru terkait dengan lingkungan, melansir dari CNN Indonesia bahwa semakin hari kualitas udara di ibu kota negara-Jakarta kian memburuk. Hingga pada 21 Agustus 2023 para pekerja Aparatur Sipil Negara (ASN) dihimbau untuk bekerja di rumah (WFH).

Gambar 1. Prediksi Tren Sampah Tahunan

Gubernur DKI Jakarta yakni Heru Budi Hartono menyatakan bahwa kebijakan WFH bukan menjadi solusi untuk mengatasi polusi udara, tetapi untuk mengurangi kemacetan. Jakarta yang menempati bagian dari 4 besar kota dengan kualitas udara buruk di Indonesia. Kasus lainnya yaitu menurut bank dunia, setiap tahun sampah yang dibuang sebanyak 2,12 miliar ton. Sampah telah mengalami peningkatan besar-besaran dari tahun ke tahun, dan diperkirakan akan meningkat sebesar 70%, yaitu 3,40 miliar ton, lebih dari dua kali lipat pertumbuhan penduduk pada tahun 2050.

Menjawab permasalahan tersebut, green economy atau ekonomi hijau muncul sebagai konsep yang menawarkan solusi terhadap salah satu isu lingkungan tersebut. Selain berfokus pada pengembangan kebijakan dan praktik ekonomi yang memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan, efisiensi sumber daya, dan pengurangan polusi. Konsep ini juga mencakup transisi menuju sumber energi terbarukan, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pemeliharaan ekosistem yang sehat.

Gambar 2: Green Economy

Meski digandang-gandang sebagai isu permainan politik, ekonomi hijau memiliki dampak yang diperkirakan sangat membantu pemeliharaan dan mendukung sustainability goals untuk keberlangsungan hidup di masa depan. Salah satu korelasi mengapa ekonomi hijau menjadi sangat penting adalah karena adanya bonus demografi yang dimiliki oleh beberapa negara.

Negara-negara yang mengalami bonus demografi memiliki peluang besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, asalkan mereka mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup dan memenuhi kebutuhan dasar penduduk. Melansir dari beberapa kajian terdahulu oleh Wina dkk (2022) bahwa analisis penelitian dari beberapa daerah di Indonesia menyatakan bahwa bonus demografi ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, beberapa permasalah terkait pola konsumsi dan sektor ekonomi tradisional menjadi faktor yang memperlambat potensi bonus demografi. Dilihat dari tingkat kebutuhan terhadap energi, air, pangan, bahan baku dan pemanfaatannya mengakibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Melirik dari hal tersebut menjadikan ruang bagi ekonomi hijau lebih luas lagi untuk terus dikembangkan dan diinovasikan.

Beberapa peluang yang didapatkan dari adopsi green economy tersebut yaitu negara-negara dapat memanfaatkan bonus demografi mereka secara optimal melalui investasi dalam pembangunan berkelanjutan, Pertumbuhan sektor energi terbarukan, industri hijau, pertanian berkelanjutan, serta infrastruktur ramah lingkungan akan memberikan lapangan kerja yang lebih banyak, mengurangi kemiskinan, menciptakan stabilitas sosial dan politik, serta mencapai sustainability goals.

Melirik dari tinjauan ekonomi syariah yang juga tak jauh dari nilai-nilai tauhid dalam kaitannya dengan relevansi ekonomi hijau. Diambil korelasi berupa konsep ekonomi hijau sesuai dengan ekonomi syariah yang juga mengupayakan efisiensi seimbang dalam pembangunan berkelanjutan, distribusi ekonomi dan pendapatan serta upaya konservasi lingkungan.

Melihat dari sisi positif bonus demografi yang memberikan potensi luar biasa dalam hal tenaga kerja produktif. Dengan menggabungkan keduanya-green economy, negara-negara dapat memanfaatkan bonus demografi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja hijau yang banyak dan berkualitas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Jan (2015) diungkapkan bahwa nilai dan sikap lingkungan diangap menjadi salah satu faktor untuk perilaku yang bertanggung jawab pada lingkungan. Begitu pula dengan nilai sosial yang sangat memberikan pengaruh terhadap sikap konsumsi hijau. Secara keseluruhan, negara-negara mempunyai peluang besar untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan melalui hubungan antara ekonomi hijau dan bonus demografi.

Namun, penerapan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat dari individu dan pemerintah sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan. Di era meningkatnya kesadaran terhadap perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, menggabungkan ekonomi hijau dengan bonus demografi merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.

Penulis: Faikhotul Maulidiya, KSEI IsEF STEI SEBI

 

DAFTAR PUSTAKA

Muhkamat Anwar, “Green Economy Sebagai Strategi Dalam Menangani Masalah Ekonomi Dan Multilateral,” Jurnal Pajak dan Keuangan Negara (PKN) 4, no. 1S (2022): 343–356.

Bappenas Press Release, “Bonus Demografi 2030-2040: Strategi Indonesia Terkait Ketenagakerjaan Dan Pendidikan,” Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2017): 1–2.

M.Kamrul Hassan, Mohammed Shahedul Quader, and Salma Aktar, “The Role of Perceived Value and Green Consumption Attitude on Purchase Intention of Eco-Bag: A Study on Young Consumers,” Jurnal Pengurusan 65 (2022): 33–44.

Wina Desi Purwati and Panji Kusuma Prasetyanto, “ANALISIS PENGARUH BONUS DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (Analysis of the Influence of Demographic Bonus on Economic Growth in Indonesia),” Jurnal Economina 1, no. 3 (2022).

Florentina Ratih Wulandari and Hanif Nurcholis, “Strategi Revolusi Hijau Untuk Pembangunan Perdesaan Desa Terdampak Bonus Demografi Di Era Industri 4.0,” Jurnal Ilmu Administrasi Negara 0 (2017).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *